Rabu, 08 Juni 2011

ANALISIS GANGGUAN JARINGAN LOKAL AKSES TEMBAGA (JARLOKAT)

ANALISIS GANGGUAN
JARINGAN LOKAL AKSES TEMBAGA
(JARLOKAT)
(Studi Kasus di STO Simpanglima Semarang)
SKRIPSI
Disusun oleh :
ANITA KUSUMANINGRUM
01 / ET / 145321 / 02020
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2003
2
HALAMAN PENGESAHAN
ANALISIS GANGGUAN
JARINGAN LOKAL AKSES TEMBAGA (JARLOKAT)
(Studi Kasus di STO Simpanglima Semarang)
SKRIPSI
Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh
Tim Pembimbing Pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
Disusun oleh :
ANITA KUSUMANINGRUM
01 / ET / 145321 / 02020
Telah disahkan dan disetujui oleh dosen pembimbing
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Ir. Sujoko Sumaryono, MT
NIP. 131 792 961
Ir. Budi Setiyanto
NIP. 131 963 571
3
Tuhan-Mu tiada Meninggalkan kamu dan tiada (pula) Benci kepadamu.
Dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu dari permulaan.
Dan kelak Tuhan-Mu pasti Memberikan Karunia-Nya kepadamu,
lalu (hati) kamu menjadi puas.
(QS. ADL-DLUHA 3-5)
Teruntuk :
Ayah Bundaku tercinta untuk segala kasih sayang, ketulusan, dan cinta
kasihnya
Mbakku, serta adikku Adi dan Bayu yang senantiasa menyayangiku
Bintangku dimanapun kau berada, kuyakinkan kaulah yang paling
bersinar di Bumi Allah
Sahabat-sahabatku tersayang :
Lina, terimakasih untuk semua dukungan, bantuan, dan semangatnya.
Shiro, yang tak pernah bosan mengiringi cerita kehidupanku, terimakasih
untuk sebuah persahabatan yang indah.
Een, untuk semua hari-hari yang pernah kita lalui bersama
Titien dan Ijhon, semoga kalian selalu bersama, selamanya…
Uda Fajri, Wiwi, Iit, Desi, Viki, Lisa, Rika, Deka, Ale, dan semua Padangers,
terimakasih telah menerimaku diantara kalian.
Zalila’s girls : Osha, trims untuk kamar yang nyaman, Umi, untuk cerita
yang selalu sarat akan makna, Ida, teruslah menjadi dewasa, Resi, Dani,
Muni, Airin, Nia, Deni, Neeya,Iib, Eni, Lilis, dan Cici, terimakasih untuk
kebersamaan dan segala perbedaan di rumah kita yang teduh.
Dan untuk semua teman-temanku yang selalu dekat di hatiku
4
Terimakasih telah menyertai kehidupanku di Jogja tercinta, untuk semua
kenangan, dan warna-warni yang kalian torehkan, semoga perjumpaan
akan hadir kembali, suatu masa…suatu waktu dengan seijin-Nya
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrochim
Syukur Alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu
Wa Ta’ala atas rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada penulis atas
selesainya penulisan skripsi dengan judul “ANALISIS GANGGUAN
JARINGAN LOKAL AKSES TEMBAGA” sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan program pendidikan S1 di Jurusan Teknik Elektro, Fakultas
Teknik, Universitas Gadjah Mada.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam menyelesaikan skripsi
ini tidak lain berkat dorongan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada :
1. Bp. Ir. Tumiran M.Eng. Phd, selaku ketua jurusan Teknik Elektro Fakultas
Teknik Universitas Gadjahmada.
2. Bp. Ir I.Nengah Sumerti, selaku ketua jurusan program Ekstensi Teknik
Elektro Fakultas Teknik Universitas Gadjahmada
3. Bp. Ir. Sudjoko Sumaryono, selaku Pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.
4. Bp. Ir Budi Setiyanto, selaku Pembimbing II yang juga telah banyak
memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.
5. Staf, dosen, dan karyawan di jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada.
5
6. Bp. Bagus, ST dan Bp Widhi, ST selaku pembimbing lapangan selama
penulis melaksanakan studi kasus di PT.Telkom Semarang.
7. Bp Wiji Utomo, ST yang telah memberikan referensi, buku-buku yang
dibutuhkan dalam penulisan skripsi penulis.
8. Staf, karyawan PT. Telkom , khususnya di STO Simpanglima Semarang,
terimakasih atas bantuan, bimbingan, informasi, dan data yang diberikan
kepada penulis.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas budi baik dari semua
yang penulis sebutkan di atas.
Penulis menyadari, bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis memohon maaf sebesar-besarnya atas kekurangan dalam
penyusunan skripsi ini. Selain itu, penulis juga membuka diri terhadap saran-saran
dan kritik yang membangun penulis dengan harapan untuk mencapai hasil yang
lebih baik di kemudian hari.
Yogyakarta, Juni 2003
Penulis
6
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
HALAMAN PERSEMBAHAN iii
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR ISTILAH xiv
DAFTAR SINGKATAN xv
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 3
1.3 Pembatasan Masalah 4
1.4 Maksud dan Tujuan 4
1.5 Metode Penulisan 5
1.6 Sistematika Penulisan 5
BAB II. DASAR TEORI
2.1 Jaringan Lokal Akses Tembaga 6
2.2 Struktur Jaringan 6
7
2.2.1 Jaringan catu langsung 7
2.2.2 Jaringan catu tak langsung 8
2.2.3 Jaringan catu kombinasi 9
2.3 RPU ( Rangka Pembagi Utama ) 10
2.4 RK ( Rumah Kabel ) 11
2.5 KP / DP ( Kotak Pembagi/Distribution Point) 12
2.6 KTB ( Kotak Terminal Batas ) 14
2.7 IKR ( Instalasi Kabel Rumah ) 15
2.8 Jenis-jenis Kabel 16
2.8.1 Kabel Primer 16
2.8.2 Kabel Sekunder 16
2.8.3 Kabel Distribusi ( Penaggal ) 17
2.8.4 KTTL 17
2.8.5 Kabel Duct 18
2.8.6 Kabel Udara 19
2.8.7 Indoor Cable 19
BAB III GANGGUAN-GANGGUAN PADA JARLOKAT 22
3.1 Gangguan Reguler 22
3.2 Gangguan Test Rutin 23
3.3 Gangguan For Majure 24
3.4 Jenis Gangguan 24
3.5 Faktor Penyebab Gangguan 30
3.6 Mekanisme Penanganan Gangguan 31
3.7 Gangguan-gangguan yang terjadi di STO Simpanglima 34
3.8 Analisis Data Gangguan 36
8
3.9 Mayoritas Gangguan di STO Simpanglima 42
3.10 Metode Pengolahan Data 42
3.10.1 Metode Trend Kuadratik 43
BAB IV ANALISIS GANGGUAN JARLOKAT TAHUN 2002 44
4.1 Gangguan pada Saluran Penanggal 44
4.2 Gangguan pada Instalasi Rumah 49
4.3 Gangguan pada Pesawat Telepon
4.4 Gangguan pada Kabel Primer Bawah Tanah
4.5 Gangguan pada Kabel Sekunder Bawah Tanah
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA xvi
DAFTAR LAMPIRAN xvii
LAMPIRAN 1. Skema DCL
LAMPIRAN 2. Skema Daerah Catu Tak Langsung
LAMPIRAN 3. Alamat RK dan Jumlah KP di STO Simpanglima
LAMPIRAN 4. Data Gangguan Tahun 2002
LAMPIRAN 5. Form Laporan Pengaduan Harian
9
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Konfigurasi dasar JARLOKAT 6
Gambar 2.2 Jaringan catu langsung 7
Gambar 2.3 Jaringan catu tak langsung 8
Gambar 2.4 Jaringan catu kombinsi 9
Gambar 2.5 Kabel sekunder dan saluran distribusi 12
Gambar 2.6 Kabel Primer 16
Gambar 2.7 Kabel Sekunder 17
Gambar 2.8 Susunan Lapisan KTTL 18
Gambar 2.9 Susunan Lapisan Kabel Duct 18
Gambar 2.10 Gambar Kabel Udara 19
Gambar 2.11 Indoor Cable 19
Gambar 3.1 Pengiriman Pengaduan Gangguan Telepon
diterima oleh 117 31
Gambar 3.2 Bagan Alir 116 32
Gambar 3.3 Data Statisitik Gangguan Tahun 2002 36
Gambar 4.1 Grafik Lokasi Gangguan pada Saluran Penanggal 46
Gambar 4.2 Grafik Time Series Saluran Penanggal Kabel Udara 48
Gambar 4.3 Grafik Penyebab Kerusakan pada Instalasi Rumah 51
Gambar 4.4 Grafik Time Series Kabel Berkarat pada Instalasi Rumah 53
Gambar 4.5 Grafik Penyebab Gangguan pada
10
Pesawat Telepon 57
Gambar 4.6 Grafik Time Series Bel Magnetic pada
Pesawat Telepon 60
Gambar 4.7 Grafik Lokasi Gangguan pada
Kabel Primer Bawah Tanah 64
Gambar 4.8 Grafik Time Series pada
Kabel Primer Bawah Tanah 66
Gambar 4.9 Grafik Lokasi Gangguan pada
Kabel Sekunder Bawah Tanah 69
Gambar 4.10 Grafik Time Series pada
Kabel Sekuinder Bawah Tanah 70
11
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Data Gangguan Jarlokat Tahun 2002 35
Tabel 4.1 Lokasi Gangguan Pada Saluran 44
Tabel 4.2 Perhitungan Time Series 47
pada Saluran Penanggal Kabel Udara
Tabel 4.3 Penyebab Kerusakan pada Instalasi Rumah 49
Tabel 4.4 Perhitungan Time Series Kabel Berkarat
Pada Instalasi Rumah 53
Tabel 4.5 Penyebab Kerusakan pada Pesawat Telepon 55
Tabel 4.6 Perhitungan Time Series Bel Magnetic
Pada Pesawat Telepon 60
Tabel 4.7 Lokasi Gangguan Pada Kabel Primer Bawah Tanah 62
Tabel 4.8 Perhitungan Time Series Kabel Primer Bawah Tanah 65
Tabel 4.9 Lokasi gangguan Pada Kabel Sekunder Bawah Tanah 68
Tabel 4.10 Perhitungan Time Series Kabel Sekunder Bawah Tanah 70
12
DAFTAR ISTILAH
• Arrestor
Adalah suatu komponen kelengkapan blok terminal yang berfungsi
sebagai penyalur tegangan / arus lebih yang melewati urat kabel langsung
ke sistem pentanahan
• GG-4
Adalah surat perintah kerja perbaikan gangguan
• GG-1
Adalah model yang disediakan sebagai alat bantu operator 117 dalam
menerima pengaduan gangguan
• IKR / G
Adalah instalasi kabel yang dipasang di tempat pelanggan
• JARLOKAT
Adalah jaringan akses dari sentral ke pelanggan dengan menggunakan
tembaga sebagai media aksesnya.
• Kabel Primer
Adalah kabel yang dipasang dari terminal RPU sampai dengan RK atau
daerah catu langsung
• Kabel Sekunder
Adalah kabel yang dipasang dari terminal RK sampai dengan terminal KP
13
• KP
Adalah terminasi kabel dimana pada terminal masuk diterminasikan kabel
catu dari kabel sekunder atau kabel catu langsung, sedangkan pada
terminal keluar dihubungkan dengan saluran penanggal.
• KTB
Adalah perangkat milik pelanggan yang menjadi batas pelayanan
gangguan PT. TELKOM
• Lokalisir Gangguan
Adalah suatu cara teknis untuk menentukan arah kerusakan yang
dilakukan oleh petugas JARLOK
• RK
Adalah unit terminasi kabel yang merupakan titik terminasi akhir dari
kabel primer dan titik terminasi awal dari kabel sekunder serta titik
sambung kabel primer dengan kabel skunder.
• RPU
Adalah susunan rangka dari plat logam yang digunakan untuk tempat
menginstalasi blok terminal RPU sebagai titik sambung ujung kabel ke
arah jaringan dan ke arah sentral .
• Terminal Horizontal
Adalah terminal yang dipasang secara horizontal di RPU dan merupakan
tempat diterminasikan ujung urat-urat kabel dari arah sentral telepon
• Terminal vertikal
14
Adalah terminal yang dipasang secara vertikal di RPU dan merupakan
tempat diterminasikan ujung urat-urat kabel dari arah sentral telepon.
15
DAFTAR SINGKATAN
1. JARLOKAT = Jaringan Lokal Akses Tembaga
2. JARLOKAF = Jaringan Lokal Akses Fiber
3. JARLOKAR = Jaringan Lokal Aksese Radio
4. JARLOK = Jaringan Lokal
5. OSP = Out Side Plant
6. ISP = In Side Plat
7. RPU = Rangka Pembagi Utama
8. RK = Rumah Kabel
9. KP = Kotak Pembagi
10. KTB = Kotak Terminal Batas
11. IKR = Instalasi Kabel Rumah
12. KPT = Kotak Pembagi Tiang
13. KPD = Kotak Pembagi Dinding
14. TP = Tabung Pembagi
15. KU = Kabel Udara
16. STO = Sentral Telepon Otomat
17. DCL = Daerah Catu Langsung
18. SST = Satuan Sambungan Telepon
19. KP.AT = Kabel Primer Atas Tanah
20. KP. BT = Kabel Primer Bawah Tanah
21. KS.AT = Kabel Sekunder Atas Tanah
16
22. KS.BT = Kabel Sekunder Bawah Tanah
23. GAMAS = Gangguan Massal
24. GMA = Gangguan Massal Alam
25. GMP3 = Gangguan Massal Pihak Ketiga
26. SISKAMAYA = Sistem Administrasi Kabel dan Manajemen
Pelayanan
27 E-OPMC = Enchanced-Outside Plant Maintenace
Centre
28. OM = Operation & Maintenance
29. TOK = Tes Oke
.
17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi di bidang telekomunikasi yang semakin cepat akan
mempengaruhi jaringan akses yang menyangkut hubungan dari sentral ke
pelanggan. Lapis akses merupakan lapisan yang berfungsi sebagai pengumpul
yang menghubungkan pelanggan ke jaringan transport. Jaringan akses selama ini
didominasi oleh kabel tembaga, namun setelah dekade 90 – an, mulai
dikembangkan jaringan akses lainnya, yaitu jaringan akses radio (JARLOKAR)
dan jaringan akses fiber ( JARLOKAF ).
Pada dasarnya, menurut media yang digunakan, jaringan akses dapat
dikategorikan menjadi :
• Jaringan Lokal Akses Tembaga ( JARLOKAT )
Adalah jaringan lokal yang mengunakan kabel tembaga sebagai media akses
dan merupakan media pertama pada jaringan lokal. Media ini yang banyak
terpasang di lapangan.
• Jaringan Lokal Ases Radio ( JARLOKAR )
Adalah media jaringan lokal yang berwujud radio, seperti WLL.
• Jaringan Lokal Akses Fiber ( JARLOKAF )
Adalah jaringan lokal yang menggunakan fiber optik sebagai media akses.
18
Dari ketiga teknologi jaringan akses di atas, dalam implementasinya dapat
dikombinasikan satu sama lain ( hybrid technologi ) yang secara terpadu
membentuk jaringan akses secara keseluruhan.
JARLOKAR yang saat ini digunakan pada dasarnya untuk percepatan
layanan sambungan telekomunikasi, dan penanggulangan gangguan , yang untuk
selanjutnya akan digantikan dengan jaringan tembaga. Hal tersebut dilakukan
mengingat keterbatasan frekurnsi dan kapasitas kanal yang dapat ditampung pada
setiap sistem, kemudian faktor konsentrasi yang membatasi tingkat layanannya.
Teknologi baru yang akan digunakan diharapkan dapat meningkatkan layanannya.
JARLOKAF menawarkan banyak kelebihan dari sisi kemampuan
kualitasnya, antara lain digunakan untuk transmisi jarak jauh. Jaringan antar
sentral sebagian besar sudah menggunakan SKSO, tapi untuk jaringan lokal masih
terbatas sebagai pengganti primer, sedangkan untuk jaringan sekunder dan saluran
penanggalnya masih menggunakan kabel tembaga. Memang sudah ada jaringan
fiber yang dibangun ke pelanggan yang berada di kawasan gedung-gedung
perkantoran, namun masih dalam jumlah dan kawasan terbatas. Jadi, jaringan
tembaga masih mendominasi jaringan telekomunikasi.
Dalam perkembangannya ke depan, jaringan akses harus mendukung
beragam layanan dan informasi yang akan dilewatkan, baik yang berbentuk suara,
data, maupun video. Dalam sistem telekomunikasi, salah satu sub – sistem yang
mempunyai peranan sangat penting dalam menentukan kualitas penyaluran
informasi adalah jaringan lokal ( JARLOK ), yaitu jaringan antara terminal
pelanggan dan sentral atau jaringan akses dari pelangan terhadap sistem
19
telekomunikasi, dan dalam jaringan lokal dengan menggunakan tembaga sebagai
media aksesnya, penyaluran informasinya dimulai dari RPU sampai dengan
pesawat pelanggan. Gangguan-gangguan yang terjadi disebabkan karena pada
jaringan tembaga sebagai medianya relatif mempunyai redaman yang besar
dibandingkan dengan media yang menggunakan fiber dan gelombang mikro.
Tidak dapat dipungkiri, bahwa dalam penyaluran informasi tentu saja
banyak hal – hal yang dapat mempengaruhi kualitas dari penyaluran informasi
yang diterima oleh pelanggan. Adanya titik – titik gangguan bisa dimulai dari
RPU sampai dengan pesawat pelanggan. Namun pada dasarnya, gangguan yang
menjadi tanggung jawab pihak PT.TELKOM hanya dimulai dari RPU, dan untuk
gangguan pada IKR sudah menjadi tanggung jawab pelanggan meskipun tidak
menutup kemungkinan adanya perbaikan dari pihak PT.TELKOM atas
permintaan pelanggan.
1.2 Permasalahan
Dalam bidang telekomunikasi, khususnya pada jaringan akses lokal
tembaga, tidak semua pengiriman informasi yang berupa suara dapat diterima
dengan baik. Gangguan–gangguan yang terjadi yang disebabkan karena alam,
ataupun gangguan dari sentral dan jaringan yang akan mempengaruhi
penyampaian informasi ke pelanggan, sehingga proses komunikasi tidak bisa
berjalan dengan baik. Untuk itu, permasalahan yang akan diangkat dalam Tugas
Akhir ini adalah mengenai gangguan–gangguan yang terjadi pada jaringan lokal
akses tembaga beserta analisis dan penyelesaiannya.
20
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis hanya akan membahas
mengenai gangguan–gangguan yang akan mempengaruhi komunikasi pada
jaringan lokal akses tembaga serta analisis dan penyelesaiannya.
Gangguan yang diangkat dalam permasalahan ini hanya dibatasi
gangguan yang ke arah luar yaitu gangguan yang terjadi pada jaringan yang
dimulai dari RPU (Rangka Pembagi Utama) hingga ke pesawat pelanggan atau
disebut juga OSP (Out Side Plant). Sedangkan data yang akan dianalisis hanya
dibatasi pada gangguan yang sering terjadi atau yang paling besar mempengaruhi
komunikasi, yaitu pada saluran penanggal, instalasi rumah,pesawat telepon, kabel
primer bawah tanah, dan kabel sekunder bawah tanah.
Analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan metode
statististik, dan metode time series. Dalam hal ini, penulis tidak membahas
mengenai gangguan ke arah sentral.
1.4 Maksud dan Tujuan
Tujuan dan sasaran dari penulisan Tugas Akhir mengenai Analisis Gangguan
Jaringan Lokal Akses Tembaga ini adalah :
1. Guna memenuhi syarat menyelesaikan program studi S1 di Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Elektro Universitas Gadjah Mada
2. Memperoleh pengalaman bermasyarakat yang dapat menunjang profesi yang
didapat penulis.
3. Untuk memperoleh pengetahuan praktis mengenai telekomunikasi khususnya
mengenai jaringan lokal akses tembaga.
21
1.5 Metode Penulisan
Penulisan Tugas Akhir ini dilakukan dengan studi kasus dan pengambilan
data di STO Simpanglima Semarang, serta informasi dari berbagai sumber dan
referensi. Sumber – sumber tersebut meliputi literatur, jurnal, buku manual yang
ada di PT. TELKOM, serta artikel – artikel telekomunikasi dan teknologi
informasi dari berbagai media massa dan internet.
Disamping itu, sumber dan referensi diperoleh dari hasil konsultasi dengan
staff teknik PT. TELKOM guna memperoleh data – data yang akurat yang dapat
dijadikan sebagai penyusunan Tugas Akhir.
1.6 Sistematika Penulisan
Penulisan Tugas Akhir ini dibagi menjadi lima bab, yaitu :
BAB I : Menguraikan mengenai latar belakang, permasalahan, pembatasan
masalah, maksud dan tujuan, metode penulisan, serta sistematika
penulisan.
Bab II : Menguraikan mengenai tinjauan teori yang digunakan.
Bab III : Menguraikan mengenai gangguan–gangguan yang terjadi pada
JARLOKAT.
Bab IV : Menguraikan mengenai analisis dan pembahasan dari gangguan –
gangguan yang terjadi berdasarkan lokasi gengguan, dan penyebab
gangguan
Bab V : Menguraikan mengenai kesimpulan dan saran yang meliputi
penjelasan intisari dari seluruh penulisan yang telah dilakukan pada
bab – bab sebelumnya serta diakhiri dengan saran – saran untuk
kemajuan yang akan datang.
22
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Jaringan Lokal Akses Tembaga
Jaringan lokal akses tembaga ( JARLOKAT ) merupakan jaringan akses
dari sentral ke pelanggan dengan menggunakan tembaga sebagai media aksesnya.
Konfigurasi dasar jarlokat ditunjukkan seperti pada Gambar 2.1, dimulai dari RPU
( Rangka Pembagi Utama ) sampai dengan KTB ( Kotak Terminal Batas ) pada
pesawat pelanggan.
Gambar 2.1 Konfigurasi dasar JARLOKAT
Keterangan :
STO : Sentral Telepon Otomat
RPU : Rangka Pembagi Utama
KP : Kotak Pembagi
KTB : Kotak Terminal Batas
Pswt : Pesawat telepon
2.2 Struktur jaringan
Berdasarkan cara pencatuan saluran dari sentral ke pesawat pelanggan,
jaringan kabel lokal dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu jaringan catu
langsung, jaringan catu tak langsung, dan jaringan catu kombinasi.
STO
RPU
1 2 3
4 5 6
7 8 9
* 8 #
RK KP KTB Pswt
23
2.2.1 Jaringan catu langsung
Pada jaringan catu langsung ini, pesawat pelanggan dicatu dari KP terdekat
yang langsung dihubungkan dengan RPU tanpa melalui RK seperti pada
Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Jaringan catu langsung
Jadi, pada jaringan ini, semua pasangan urat kabel dari KP tersambung secara
tetap ( permanen ) ke RPU. Jaringan model ini, biasanya dipakai untuk
wilayah :
􀂙 Kota kecil yang masih menggunakan sentral manual dengan jumlah
pelanggan telepon sedikit.
􀂙 Pada kota besar, sistem ini untuk mencatu daerah sekitar sentral
telepon ( radius sampai dengan 500 meter ).
􀂙 Untuk daerah terkonsentrasi yang mempunyai kebutuhan telepon
cukup tinggi dan komplek yang tidak memungkinkan dipasang RK.
Di STO Simpanglima dengan jumlah pelanggan 24.650 sst menggunakan
jaringan catu langsung dan jaringan catu tak langsung. Penggunaan jaringan catu
1 2 3
4 5 6
7 8 9
* 8 #
1 2 3
4 5 6
7 8 9
* 8 #
1 2 3
4 5 6
7 8 9
* 8 #
1 2 3
4 5 6
7 8 9
* 8 #
1 2 3
4 5 6
7 8 9
* 8 #
STO
RPU
Kabel Primer
KP
KP
KP
Pswt
Pswt
Pswt
Pswt
Pswt
24
langsung digunakan pada wilayah sekitar STO Simpanglima dengan alasan jarak
antara STO Simpanglima dengan daerah catu langsung kurang lebih 500 meter.
Daerah catu langsung meliputi daerah jalan Sriwijaya untuk arah utara, ke arah
selatan meliputi daerah jalan Tri Lomba Juang, ke arah barat meliputi daerah jalan
Pandanaran, dan ke arah timur meliputi daerah jalan Pahlawan. Untuk
penggunaan daerah catu langsung lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran
2.2.2 Jaringan catu tak langsung
Jaringan catu tak langsung adalah jaringan kabel lokal dimana pesawat
pelanggan dicatu dari KP terdekat yang dihubungkan terlebih dahulu ke RK, baru
kemudian dihubungkan ke RPU.
Dalam hal ini, RK berfungsi sebagai titik sambung antara kabel primer dan
kabel sekunder. Pemakaian jaringan catu tak langsung seperti terdapat pada
Gambar 2.3 di bawah ini.
Gambar 2.3 Jaringan catu tak langsung
STO
RPU
1 2 3
4 5 6
7 8 9
* 8 # Pswt
Pswt
1 2 3
4 5 6
7 8 9
* 8 # Pswt
1 2 3
4 5 6
7 8 9
* 8 # Pswt
1 2 3
4 5 6
7 8 9
* 8 #
KP
KP
KP
RK
RK
1 2 3
4 5 6
7 8 9
* 8 #
Pswt
25
Keterangan :
STO : Sentral Telepon Otomat
RPU : Rangka Pembagi Utama
RK : Rumah Kabel
KP : Kotak Pembagi
Pswt : Pesawat Telepon
Pemakaian jaringan catu tak langsung ini juga dipakai pada kota – kota sedang
dan besar yang digunakan untuk mencatu daerah yang pelanggannya tersebar dan
jauh . Jaringan catu tak langsung juga digunakan di STO Simpanglima yaitu di
daerah sekitar Simpanglima yang merupakan kawasan perkantoran.
2.2.3 Jaringan catu kombinasi
Jaringan catu kombinasi adalah jaringan lokal di mana pesawat pelanggan
dicatu melalui dua cara, yakni sebagian dengan catu langsung, dan sebagian lagi
dengan catu tak langsung.
Gambar 2.4. Jaringan catu kombinasi
Keterangan :
STO : Sentral Telepon Otomat
RPU : Rangka Pembagi Utama
KP : Kotak Pembagi
RK : Rumah Kabel
Pswt : Pesawat
STO
RPU
1 2 3
4 5 6
7 8 9
* 8 # Pswt
1 2 3
4 5 6
7 8 9
* 8 # Pswt
1 2 3
4 5 6
7 8 9
* 8 # Pswt
KP
KP
KP
RK
KP
1 2 3
4 5 6
7 8 9
* 8 # Pswt
1 2 3
4 5 6
7 8 9
* 8 # Pswt
26
Pemakaian jaringan catu kombinasi digunakan hampir pada semua kota
sedang dan besar, karena letak sentral telepon biasanya di pusat kota atau pusat
kepadatan penduduk, sedang lokasi pelanggan menyebar mulai dari yang dekat
dengan sentral telepon, dan banyak juga yang berada jauh dari letak sentral
tersebut. Pemakaian jaringan catu kombinasi seperti pada Gambar 2.4 di bawah
ini.
2.3. RPU ( Rangka Pembagi Utama )
Merupakan suatu ruangan yang letaknya dibawah sentral telepon ( untuk
gedung STO bertingkat ) atau pada ruangan di depan / disamping ruang sentral
telepon (untuk gedung STO tidak bertingkat). Pada kantor telepon kecil ( manual )
biasanya berupa papan lemari perkawatan, dan pada kantor telepon sedang / besar
sudah berupa kerangka besi vertikal dan horisontal ( terminal blok vertikal dan
terminal blok horisontal ).
a. Terminal Blok Vertikal
Dipasang pada RPU di sisi pelanggan, tempat diterminasikan kabel primer.
Terminal blok vertikal mempunyai berbagai kapasitas :
- Terminal blok dengan kapasitas 25 pasang urat kabel
- Terminal blok dengan kapasitas 50 pasang urat kabel
- Terminal blok dengan kapasitas 100 pasang urat kabel
Dengan menggunakan jumper wire, terminal blok vertikal dihubungkan dengan
terminal blok horisontal.
27
b.Terminal blok horisontal
Seluruh kabel yang datang dari sentral diterminasikan pada terminal blok
horisontal. Terminal blok horisontal ini dipasang pada RPU disisi sentral dan
mempunyai kapasitas 100 pasang urat kabel dengan jenis tekan sisip. Jenis yang
digunakan adalah type K – 71.
Terminal blok vertikal yang digunakan pada STO Simpanglima adalah terminal
blok dengan kapasitas 100 pasang urat kabel, demikian juga dengan terminal blok
horisontal sebanyak 100 pasang urat kabel.
Dibawah RPU, terdapat ruang bawah tanah yang umumnya disebut cable
chamber, didalam ruang tersebut dipasang rangka besi guna menambatkan kabel–
kabel primer dari luar sebelum terdistribusi ke RPU. RPU berfungsi sebagai
tempat penyambungan antara kabel primer dengan kabel dari sentral, dan sebagai
tempat pengetesan dalam melokalisir gangguan.
Di dalam ruangan RPU terdapat peralatan yang dinamakan meja ukur yang
digunakan untuk mengukur kondisi pesawat telepon pelanggan termasuk saluran
(saluran luar dan saluran dalam) dan pesawat teleponnya, karena letaknya
demikian , maka fungsi meja ukur adalah :
1. Mengukur kondisi saluran baik ke arah luar meupun ke arah dalam, sebagai
contoh :
- Mengukur saluran a terhadap kemungkinan adanya tegangan asing
- Mengukur isolasi saluran a terhadap saluran b dan sebagainya
2. Mengukur dan mengetes kondisi pesawat telepon pelanggan, sebagai contoh
diantaranya untuk mengetahui mutu mikrophone dan telepon set tersebut
28
2.4 RK ( Rumah Kabel )
RK merupakan salah satu bagian yang penting dalam suatu jaringan kebel
telepon antara sentral dengan pesawat pelanggan yang biasanya dipasang di tepi
jalan, trotoar, dan pada tempat yang tidak mengganggu lalu lintas dan aman. RK
terbuat dari beton ( type lama , sekarang tidak dipakai lagi ), dan ada juga yang
terbuat dari besi / fiber glass. RK mempunyai fungsi sebagai tempat
penyambungan antara kabel primer dengan kabel sekunder, tempat melaksanakan
pengetesan untuk melokalisir gangguan, dan tempat melaksanakan penjumperan
antara terminal blok disisi primer dengan terminal blok disisi sekunder.
Kapasitas RK paling kecil 800 pasang, dengan arti jumlah pasangan primer
dengan pasangan sekunder yang dapat diterminasikan adalah 800 pasang,
sedangkan kapasitas RK paling besar 2400 pasang (dimensi RK dengan kapasitas
2400 pasang sama dengan kapasitas 1600 pasang). Pada umumnya, perbandingan
antara kapasitas kabel primer dan kabel sekunder adalah 2 : 3.
2.5 KP / DP ( Kotak Pembagi / Distribution Point )
KP merupakan unit terminal kabel tempat penyambungan antara kabel
sekunder dengan kabel distribusi (penanggal) yang mempunyai fungsi sebagai
tempat penyambungan antara kabel sekunder dengan kabel distribusi, dan sebagai
tempat pengetesan untuk melokalisir gangguan.
Gambar 2.5 merupakan gambar jaringan kabel sekunder dan saluran distribusi
29
Gambar 2.5 Jaringan kabel sekunder dan saluran distribusi
Keterangan :
RK : Rumah Kabel
KP : Kotak Pembagi
Pswt : Pesawat telepon
KP ada berbagai macam jenis, antara lain, Kotak Pembagi Tiang ( KPT ),
Kotak Pembagi Dinding ( KPD ), Tabung Pembagi / Terminal Post ( TP )
1. Kotak Pembagi Tiang ( KPT )
Mempunyai kapasitas 10 pasang yang kecil dan 20 pasang yang besar.
Digunakan untuk mencatu pelanggan yang terpencar dengan menggunakan
saluran penanggal.
2. Kotak Pembagi Dinding ( KPD )
Dipasang pada dinding sebelah luar, biasanya digunakan untuk mencatu
pertokoan/rumah yang letaknya berdampingan secara teratur. Dapat juga dipasang
pada dinding sebelah dalam / biasanya digunakan untuk mencatu tiap tingkat pada
gedung bertingkat/komplek industri, kampus, perkantoran. DP jenis ini
mempunyai kapasitas lebih besar dibanding DP atas tiang dan biasanya kapasitas
paling kecil 60 pasang dan paling besar 400 pasang.
1 2 3
4 5 6
7 8 9
* 8 # Pswt
1 2 3
4 5 6
7 8 9
* 8 # Pswt
KP
RK
1 2 3
4 5 6
7 8 9
* 8 # Pswt
Distribusi
Sekunder
30
3. Tabung Pembagi / Terminal Post ( TP )
Adalah kotak pembagi yang dipasang di atas permukaan tanah/pelataran.
Digunakan untuk mencatu pelanggan pada daerah permukaan yang sudah mapan
seperti perumahan pada real estate.
Pada STO Simpanglima menggunakan kotak pembagi tiang dengan
kapasitas 10 – 20 saluran. Umumnya, dari 10 saluran, diambil 1 sebagai saluran
cadangan dan dari 20 saluran diambil 2 sebagai saluran cadangan. Saluran
cadangan ini berfungsi sebagai pengganti apabila dalam 1 KP tersebut ada saluran
yang mengalami kerusakan atau sedang dalam perbaikan. Untuk lebih lengkapnya
jumlah KP beserta kapasitasnya dapat dilihat pada lampiran.
2.6 KTB ( Kotak Terminal Batas )
KTB merupakan tempat penyambungan antara kabel penanggal / distribusi
dengan kabel instalasi dalam rumah ( indoor cable ) yang mempunyai fungsi
sebagai pembatas antara IKR pada rumah pelanggan dengan saluran penanggal
pada jaringan kabel., tempat terminasi awal IKR pada rumah pelanggan, tempat
terminasi akhir saluran penanggal dari jaringan kabel telepon local, tempat
penyambungan antara IKR pada rumah pelanggan dengan saluran penanggal dari
jaringan local, dan tempat pemeriksaan ada tidaknya dial tone (nada pilih).
KTB biasanya dipasang pada dinding rumah pelanggan dengan ketinggian kurang
lebih 170 cm dari atas tanah.
31
KTB mempunyai dua bagian, yaitu sisi TELKOM dan sisi pelanggan.
1. Sisi Telkom
Batasan sepenuhnya tanggung jawab TELKOM terhadap kondisi instalasi
kabel. Pada sisi TELKOM terdapat terminal urat kabel yang berfungsi untuk
menterminasikan kabel saluran penanggal, IKR, kabel yang terhubung ke utas
konektor pada sisi pelanggan, dan kabel yang terhubung ke soket pada sisi
pelanggan. Sisi Telkom dilengkapi dengan pintu yang hanya dapat dibuka dengan
alat khusus /dirancang dengan menggunakan segel.
2. Sisi Pelanggan
Sisi pelanggan adalah batasan pelanggan diijinkan memelihara, memeriksa, dan
memperbaiki IKR. Dalam kondisi normal (operasi), maka penyambungan saluran
pananggal dengan IKR dilakukan dengan memasukkan utas konektor ke dalam
outlet pasangannya di sisi pelanggan. Pelanggan telepon dapat memeriksa ada
tidaknya nada pilih dari sentral telepon dengan cara memasukkan utas konektor
dari pesawat telepon langsung ke outlet yang ada pada sisi pelanggan.
2.7 IKR ( Instalasi Kabel Rumah )
IKR merupakan instalasi kabel yang digunakan dalam rumah yang meliputi
kabel indoor, soket, dan pesawat telepon.
a. Kabel Indoor
Kabel berisolasi dan berselubung PVC dengan warna abu-abu /hitam yang
berfungsi untuk menghubungkan antara KTB dengan roset pesawat telepon.
32
b.Soket
Merupakan terminal penyambungan antara instalasi kabel dalam rumah
(indoor cable) dengan perangkat terminal (misal pesawat telepon) sehingga
memudahkan menyambung dan memutuskan hubungnan antara terminal ke
instalasi kabel rumah.
c. Pesawat telepon
Merupakan media untuk berkomunikasi sebagai akhir dari jaringan kabel akses
tembaga.
2.8 Jenis-jenis kabel
2.8.1 Kabel Primer
Kabel primer adalah kabel yang fungsinya menghubungkan RPU suatu
sentral telepon ke RK dan DP / KP pada daerah catuan langsung seperti terdapat
pada Gambar 2.8
Gambar 2.8 Kabel primer
Keterangan :
STO : Sentral Telepon Otomat
RPU : Rangka Pembagi Utama
RK : Rumah Kabel
KP : Kotak Pembagi
STO
RPU
RK
KP
33
Kabel primer mempunyai kapasitas maksimal 2400 pasang dengan diameter
0,4 mm dan 0,6 mm. Untuk STO kapasitas besar kabel primer ditanam langsung
atau dipasang melalui pelanggan yang dicor beton (sistem duct)
2.8.2 Kabel Sekunder
Kabel sekunder adalah kabel yang menghubungkan RK dengan DP/KP.
Kabel sekunder mempunyai kapasitas maksimal 200 pasang dengan diameter urat
kabel bervariasi antara 0,4 s/d 0,8 mm seperti yang terdapat Gambar 2.9.
Gambar 2.9 Kabel sekunder
Kabel sekunder dipasang dengan cara ditanam langsung atau atas tanah
( kabel udara ).
2.8.3 Kabel Distribusi ( Penanggal )
Kabel distribusi adalah kabel distribusi pelanggan (penanggal) yang
fungsinya menghubungkan DP/KP ke tambatan akhir pada rumah pelanggan.
Kabel yang digunakan adalah kabel penanggal. Kabel penanggal ada dua jenis,
yaitu kabel dengan pengua dan tanpa penguat.
KP
KP
KP KP
34
2.8.4 KTTL ( Kabel Tanah Tanam Langsung )
Kabel tanah tanam langsung adalah kabel tembaga dengan kapasitas 200
pair dengan penghantar tembaga berdiameter 0,6 mm, berisolasi polyethene atau
polyethene busa kulit, berisi petrojely, memakai elektris pita aluminium,
berperisai pita baja, dan berselubung polyethene. Gambar 2.10 merupakan gambar
kabel tanah tanam langsung.
Gambar 2.10 Susunan Lapisan KTTL
2.8.5 Kabel Duct
Kabel duct adalah kabel tembaga yang dimasukkan dalam pipa. Kabel
tembaga mempunyai kapasitas 200 pair-1600 pair dengan penghantar tembaga
berdiameter 0,6 mm berisolasi polyethene busa kulit, berisi petrojely, memakai
pelindung elektris pita aluminium dan berselubung polyethene. Gambar 2.11
adalah gambar kabel duct.
1. urat-urat kabel
2 Isolasi berwarna
8
3 Pita pelilit kode warna
4 Pembungkus inti kabel
5 Lapisan aluminium kabel
6 Kulit dalam P E hitam
7 Armouring baja
8 Kulit luar P E hitam
Keterangan :
35
Gambar 2.10 Susunan Lapisan Kabel duct
2.8.6 Kabel Udara
Kabel udara adalah kabel yang konstruksinya dibuat khusus untuk dipasang
di atas tanah. Gambar 2.11 merupakan gambar kabel udara.
Gambar 2.11 Kabel Udara
Keterangan :
1. Urat – urat kabel
2. Isolasi berwarna
3. Pita pelilit kode warna
4. Pembungkus inti kabel
5. Lapisan almunium foil
6. Kulit kabel
1. Urat-urat kabel
Keterangan :
2. Isolasi berwarna
3. Pita pelilit kode warna
4. Pembungkus inti kabel
5. Lapisan almunium foil
6. kulit kabel
7. Kawat Cu
8. Bearer
(penggantung)
36
2.8.7 Indoor Cable
Kabel telepon dalam rumah (indoor cable) berisolasi dan berselubung PVC
mempunyai kapasitas 2 s/d 100 pair penghantar dari tembaga lunak dengan
diameter 0,6 mm. Gambar 2.12 merupakan gambar indoor cable.
Gambar 2.12 Indoor Cable
Pada berbagai jenis kabel diatas, tiap-tiap kabel mempunyai beberapa
lapisan. Fungsi masing-masing lapisan tersebut adalah :
a) Urat kabel dengan isolasi PE / PVC
Berfungsi sebagai penghantar yang menyambungkan terminal dengan
sentral.
b) Isolasi Polyethyline ( PE ) atau Poly Vinyl Chloride ( PVC ) berwarna
Berfungsi sebagai pembungkus dan isolator antar penghantar. Kode warna
dalam perhitungan urat kabel.
c) Pita pelilit atau pengikat kode warna
Berfungsi untuk mempermudahkan perhitungan urat kabel dan mengikat
kabel agar sama.
Keterangan :
1. Urat-urat kabel
2. Pita pelilit kode warna
3. Lapisan aluminium foil
4. Pembungkus inti kabel
5. Kulit kabel PVC
37
d) Pembungkus inti kabel
Berfungsi untuk membalut inti kabel supaya bulat, padat, sebagai bantalan
antara urat kabel dengan lapisan alminium, dan sebagai pencegah lelehnya
isolasi penghantar pada saat pembuatan kulit kabel.
e) Aluminium Foil
Berfungsi sebagai pelindung elektris terhadap induksi tegangan asing dari
luar.
f) Kulit Dalam ( PE hitam )
Berfungsi sebagai pelindung kemungkinan masuknya air dan sebagai
bantalan antara lapisan armouring dengan lapisan alminium.
g) Armouring Baja
Berfungsi sebagai pelindung mekanis terhadap benturan benda tajam / keras,
dan sebagai pelindung elektris terhadap indksi tegangan asing.
h) Kulit luar kabel ( PE hitam )
Berfungs sebagai pelindung kemungkinan masuknya air dan sebagai
bantalan pada waktu penarikan.
i) Kawat Telanjang Tembaga ( Cu )
Berfungsi sebagai penghubung ke tanah atau ground.
38
BAB III
GANGGUAN – GANGGUAN
PADA JARINGAN LOKAL AKSES TEMBAGA
Gangguan pada jaringan kabel merupakan suatu kondisi permasalahan yang
menyebabkan sambungan telekomunikasi tidak dapat digunakan sebagaimana
mestinya. Gangguan tersebut secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 3
yaitu gangguan reguler, gangguan test rutin, dan gangguan for majure.
3.1. Gangguan Reguler
Merupakan gangguan sambungan telekomunikasi yang diterima dari laporan
pelanggan dan masyarakat melalui yantel, dan 117. Semua gangguan yang masuk
dari laporan pelanggan melalui 117 merupakan gangguan reguler. Setelah
menerima pengaduan dari pelanggan, petugas menerbitkan nota gangguan
(MU-4), kemudian petugas JARLOK melakukan pengukuran di meja ukur di
ruang RPU.dengan menggunakan alat ukur AT&T sesuai dengan tipe sentral yang
digunakan di STO Simpanglima.
Hasil pengukuran meja ukur akan dibandingkan dengan standar ketentuan alat
ukur, yaitu :
1. FVT : < 5 VOLT BAIK
> 5 VOLT INDUKSI
2. INS : > M Ohm BAIK
< M Ohm AFLEDING / KONTAK
3. CAP : > 0,5 mF BAIK
< 0,5 mF ISOLASI (PUTUS)
39
Dari hasil perbandingan sesuai dengan standar tersebut, petugas akan
mengetahui jenis dan letak gangguan yang terjadi sehingga akan memudahkan
petugas lapangan untuk menentukan tindakan lebih lanjut dalam mengatasi
gangguan tersebut.
3.2 Gangguan Test Rutin
Merupakan gangguan sambungan telekomunikasi yang diperoleh dari hasil
pengukuran test rutin. Pengukuran test rutin dilaksanakan dengan periode tertentu
oleh petugas lapangan untuk mengetahui kondisi saluran. Pengukuran dilakukan
dengan menggunakan alat insolation tester yang dilaksanakan di RK dan KP.
Pengukuran yang dilakukan di RK digunakan untuk mengetahui
kemungkinan letak gangguan yang terjadi antara RK sampai dengan KP. Jika
hasil pengukuran baik, maka pengukuran dilanjutkan di KP. Bila hasilnya jelek,
maka dilakukan pengukuran mulai dari RK sampai dengan RPU dengan
kemungkinan gangguan dapat terjadi di ujung urat kabel primer di RK, urat kabel
sekunder di RK, jumper wire di RK, blok terminal (LSA), sambungan kabel
primer, jumper wire di RPU, sekering arrester di RPU, dan ujung urat kabel
primer di RPU.
Pengukuran yang dilakukan di KP digunakan untuk mengetahui
kemungkinan letek gangguan yang terjadi antara KP sampai dengan RK. Jika
hasil pengukuran baik, maka pengukuran dapat dilanjutkan pada titik sambung
berikutnya di kotak terminal batas. Jika hasilnya jelek, maka kemungkinan
gangguan dapat terjadi pada urat kabel tanah, sambungan kabel tanah/udara
40
sekunder, terminal di KP, ujung urat kabel sekunder di KP, dan ujung urat saluran
penanggal di KP.
3.3 Gangguan For Majure
Merupakan gangguan yang bersifat massal. Ciri gangguan ini adalah
kerusakan yang terjadi bersifat massal pada saat bersamaan, misalnya kerusakan
pada satu RK sehingga satu wilayah akan mengalami gangguan komunikasi.
Penyebab gangguan for majure ini terjadi karena bencana alam, kebakaran,
kelalaian, dan kesengajaan pihak lain. Gangguan yang terjadi karena bencana
alam antara lain, banjir, petir, pohon tumbang, angin, gempa,dll.
3.4 JENIS GANGGUAN
Ada beberapa jenis gangguan pada saluran kabel yaitu:
a) Gangguan isolasi.
Gangguan isolasi adalah ganguan yang terjadi bila kawat a dan kawat b
putus, hal ini diakibatkan karena saluran / urat kabel putus, sambungan kabel
longgar ,ujung urat kabel lepas dari terminal, jumper wire lepas/ putus, sehingga
menyebabkan sinyal yang dikirim dari sentral tidak sampai ke tujuan dan
sebaliknya. Efek yang ditimbulkan dari gangguan tersebut pada pesawat
pelanggan adalah tidak ada nada dari sentral (mati).
b) Gangguan kontak.
Gangguan kontak adalah gangguan yang terjadi apabila terjadi hubung
singkat antara kawat a dan kawat b, hal ini diakibatkan karena sambungan konslet
/ hubung singkat, dan saling kontak pada urat kabel
41
Efek yang ditimbulkan dari gangguan tersebut pada pesawat pelanggan
adalah suara melemah yang dipengaruhi oleh kualitas dari karakteristik kabel
sebagai media transmisinya.
c) Gangguan induksi
Gangguan induksi adalah gangguan yang terjadi apabila kawat a dan
kawat b terkena tegangan asing, misalnya dari tegangan listrik PLN atau induksi
antar pasangan kawat dalam satu kabel., hal ini diakibatkan karena saluran
berkarat, saluran terkena tegangan asing (liar), dan saling induksi sesama urat
kabel. Efek yang ditimbulkan dari gangguan tersebut pada pesawat pelanggan
adalah terdengar suara mendengung yang disebabkan karena di dalam urat kabel
penghantar dapat mengimbas sendiri dan mempunyai kecepatan perubahan
gandenagan-gandengan fluks, yang biasanya seluruh fluks dapat menggandeng
semua penghantar, namun kenyataanya gandengan-gendengan fluks meningkat ke
arah yang menuju inti atau pusat dari penghantar. Gejala yang lain adalah dapat
terjadi cakap silang.
d) Gangguan afleding ( terkena tanah )
Ganguan afleding adalah gangguan yang terjadi apabila terdapat
grounding pada kawat a atau kawat b, hal ini diakibatkan karena saluran berkarat,
saluran kontak dengan tanah. Efek yang ditimbulkan dari gangguan tersebut
pada pesawat pelanggan adalah suara lemah yang diakibatkan karena informasi
suara yang diubah menjadi sinyal-sinyal listrik melemah bila mengandung noise,
sehingga pembicaraan menjadi kurang jelas. (melemah). Selain itu, efek yang
terjadi pada pesawat pelanggan adalah terjadi cakap silang yang diakibatkan
42
karena pengkopelan kapasitif, yaitu pada urat kabel (pair) yang satu dapat
didengar oleh urat kabel yang lain.
e) Gangguan kerusakan alat
Gangguan kerusakan alat adalah gangguan yang terjadi karena kerusakan
alat, misalnya pada:
􀂃 Kerusakan pesawat telepon
Kerusakan pada pesawat telepon, misalnya kerusakan pada bel magnetic,
kerusakan pada kumparan, dan kerusakan pada anti side tone. Kerusakan pada bel
magnetic akan mengkibatkan nada dering tidak terdengar. Kerusakan pada
kumparan dapat mengakibatkan pesawat telepon mati. Kerusakan pada anti side
tone pada pesawat telepon dapat mengakibatkan gaung dari suara kita sendiri.
􀂃 Kerusakan terminal RPU
Kerusakan pada terminal RPU dapat terjadi di beberapa tempat, yaitu
pada terminal blok horisontal ataupun vertikal, jumper RPU, sekering, dan di
terminal / ujung urat kabel primer. Kerusakan pada terminal blok horizontal
ataupun vertikal dapat diatasi dengan mengganti terminal blok horizontal ataupun
vertikal tersebut. Kerusakan yang terjadi pada jumper wire bisa dikarenakan
karena putus, ataupun rusak. Apabila dikarenakan putus, cara perbaikan bisa
dilakukan dengan penyambungan bagian yang putus. Kerusakan pada sekering
yang rusak dapat dilakukan perbaikan dengan cara menggantinya. Kerusakan
yang terjadi pada terminal / ujung urat kabel primer adalah putus ataupun rusak.
43
􀂃 Kerusakan pada RK
Pada terminal ini letak gangguan dapat terjadi pada jumper wire, dan pada
terminasi / ujung urat kabel primer atau sekunder. Kerusakan pada jumper wire
dapat terjadi karena jumper wire putus ataupun rusak dan dapat diatasi dengan
mengganti kabel jumper. Kerusakan pada terminasi / ujung urat kabel primer atau
sekunder dapat terjadi karena ujung urat kabel lepas ataupun putus. Jika lepas,,
terminasi ulang dengan insertion tool, jika kendor kencangkan dengan insertion
tool
􀂃 Kerusakan pada KP
Pada terminal ini letak gangguan dapat terjadi pada terminal KP, dan pada
terminasi atau ujung urat kabel sekunder atau pada saluran penanggal. Kerusakan
yang terjadi pada terminal KP yaitu pada kotak KP ataupun seluruh blok pada
terminal KP. Kerusakan yang terjadi pada ujung urat kabel sekunder atau pada
saluran penanggal adalah urat kabel sekunder terlepas, dan dapat dilakukan
penyambungan dengan SILO.
• Kerusakan pada KTB
Untuk mengetahui letak kerusakan pada KTB dapat dilakukan pengecekan
pada urat kabel saluran penanggal, sambungan kabel, ujung urat kabel saluran
penanggal , ujung urat kabel indoor, dan pada terminal KTB. Pada terminal ini
letak gangguan dapat terjadi pada terminal batas, dan pada terminasi / ujung kabel
saluran penanngal. Kerusakan yang terjadi pada terminal batas dapat dilakukan
dengan mengganti bagian yang rusak. Kerusakan yang terjadi ujung kabel saluran
penanggal adalah kabel terlepas, dan perbaikan dapat dilakukan dengan cara
menterminasi kembali kabel yang terlepas.
44
• Kerusakan pada kabel indoor
Pada terminal ini letak gangguan dapat terjadi pada urat kabel indoor, dan
pada sambungan kabel indoor. Kerusakan yang terjadi pada urat kabel indoor
adalah putus, dan dapat dilakukan perbaikan dengan penyambungan kembali
Sedangkan penyebabnya dapat terjadi karena urat kabel indoor dimakan tikus.
Kerusakan yang terjadi antara lain sambungan kabel indoor putus ataupun
terlepas.
• Kerusakan pada soket
Pada terminal ini letak gangguan dapat terjadi pada terminal soket, terminasi /
ujung urat kabel indoor. Untuk mengetahui letak kerusakan pada soket dapat
dilakukan pengecekan pada urat antara kabel indoor, sambungan kabel indoor,
ujung urat kabel indoor di soket, dan pada ujung urat tali soket. Kerusakan yang
terjadi pada terminal soket adalah karena berkarat pada lidah-lidahnya. Sedangkan
kerusakan yang terjadi pada ujung urat kabel indoor adalah putus atau rusak.
• Kerusakan pada kabel primer
Pada terminal ini letak gangguan dapat terjadi pada urat kabel primer, dan
pada sambungan kabel primer. Kerusakan yang terjadi pada urat kabel primer
adalah putus ataupun rusak. Cara perbaikan dapat dilakukan dengan cara kabel
disambung kembali dengan alat UC dan mengganti kabel tersebut apabila rusak.
Sedangkan kerusakan yang terjadi pada sambungan kabel primer dapat terjadi
karena sambungan yang tidak baik karena banjir atau korosi. Cara perbaikan dapat
dilakukan dengan cara membuka sambungan tersebut kemudian direvisi dan
ditest.
45
• Kerusakan pada kabel sekunder
Pada terminal ini letak gangguan dapat terjadi pada urat kabel sekunder,
dan pada sambungan kabel sekunder. Kerusakan pada urat kabel sekunder dapat
terjadi karena putus dan dapat dilakukan pengukuran bila rusak berat, ataupun
dapat dilakukan dengan cara mengganti bagian yang rusak. Kerusakan yang
terjadi pada sambungan kabel sekunder dapat terjadi karena sambungan kabel
sekunder terlepas.
• .Kerusakan pada saluran penanggal
Pada terminal ini letak gangguan dapat terjadi urat kabel saluran
penanggal, dan pada sambungan kabel saluran penanggal, Kerusakan yang terjadi
pada urat kabel saluran penanggal adalah putus, ataupun rusak. Apabila putus
dapat dilakukan penyambungan dengan SILO, dan apabila rusak dapat diganti
dengan urat kabel saluran penanggal. Kerusakan yang terjadi pada sambungan
kabel saluran penanggal adalah sambungan terlepas, dan dapat dilakukan dengan
cara menyambung kembali dengan baik dan benar.
3.5 Faktor Penyebab Gangguan
Dari gangguan – gangguan di atas dapat disebabkan oleh :
A. Alam.
Penyebab terjadinya gangguan karena faktor alam antara lain: banjir,
angin kencang, kebakaran, tanah longsor.
46
B. Manusia.
Penyebab terrjadinya gangguan karena faktor manusia antara lain:
terkena layang-layang, pencurian, pengrusakan, penggalian tanah,
penebangan pohon.
C. Binatang
Penyebab terjadinya ganguan faktor manusia antara lain : digigit tikus,
serangga, semut.
D. Tegangan Liar
Gangguan ini antara lain: induksi dengan jaringan kabel PLN, terkena
petir, terkena dengan arus listrik.
E. Material
Gangguan ini antara lain: kabel jelek, pesawat telepon yang jelek,
terminal LSA, KU rusak
F. Instalasi
Gangguan ini antara lain: pekerjaan instalasi jelek, peralatan tidak
speck. Misalnya, pada peralatan yang seharusnya diterapkan untuk
daerah yang line of sight, ternyata diterapkan di daerah perkotaan.
G. Lingkungan
Gangguan ini antara lain: ruangan lembab, korosi.
3.6 Mekanisme Penanganan Gangguan
Gangguan yang terjadi pada sambungan telekomunikasi banyak terjadi pada
jaringan kabel. Untuk mengatasi gangguan tersebut diperlukan suatu mekanisme
47
penanganan gangguan agar gangguan tersebut dapat segera diatasi guna
meningkatkan pelayananan kepada pelanggan. Mekanisme tersebut adalah :
1. Penerimaan pengaduan gangguan.
Gangguan yang terjadi dapat diketahui dari laporan pelanggan atau dari test
rutin. Keluhan pelanggan diterima oleh 117 yang kemudian diteruskan ke 116.
PENERIMAAN
PENGADUAN
GANGGUAN
TELEPON AKSES
JARKAB
Pengaduan
Gangguan
Entry D ata
Gangguan
SPV : OM EOPM C
Gambar 3.1 Penerimaan pengaduan gangguan telepon diterima oleh 117
2. Menganalisa data gangguan
Laporan pelanggan dianalisa oleh 116. Kemudian 116 melakukan
pengukuran dan menganilasa hasil pengukuran dan mengirimkan data-data
tersebut ke RPU berupa nota MU-4.
48
Gambar 3.2 Bagan Alir 116
-Data GG-1,
-Data GG-4,
-Data LLO
-Data Telso
-T.1000 & Telum
Mulai
1
Menerima Data
3
Melakukan
Pengukuran
Selesai
2
Menganalisis data
gangguan
GG4
Selesai
4
Menganalisis hasil
pengukuran
6
Tes OK ?
5
Melakukan Tes
dari hasil
pengukuran
7
Closing Data
gangguan
8
Kirim GG-4
ke Jarlok,
MDF dan
Sentral
Tdk GG4
Ya
49
3. Penanganan Gangguan
Setelah petugas RPU menerima MU-4 dari unit kerja 116, petugas di ruang
RPU akan melakukan pengukuran kembali di meja ukur berdasarkan nota
gangguan yang diterbitkan oleh 116. Nota gangguan yang diterbitkan oleh unit
kerja meja ukur RPU dikirimkan ke unit kerja jaringan kabel dengan berdasar
nota gangguan ini. Petugas perbaikan melaksanakan perbaikan gangguan
dengan jalan melakukan pengetesan pada titik sambungan saluran pelanggan
mulai dari rangka pembagi utama sampai dengan pesawat terminal pelanggan.
Setelah mengetahui letak kerusakan, petugas akan melakukan perbaikan pada
terminal yang mengalami kerusakan.
Untuk pengaduan GAMAS (gangguan masaal), diinformasikan kepada
pelanggan baik yang disebabkan oleh force majeur atau aktivitas pembenahan
jaringan. Secara sistem nomor telepon yang diadukan tidak termasuk
gangguan. Untuk pengaduan berulang, diinformasikan kepada pelanggan
bahwa masih dalam masa perbaikan oleh petugas lapangan.
Untuk gangguan IKR, petugas akan memandu untuk mengecek gangguan IKR
atau bukan, dan memberikan informasi instalatur IKR yang bisa dihubungi.
Untuk pelanggan pulsa potensial, dilakukan prioritas perbaikan. Untuk
pelanggan yang diisolir, diinformasikan kepada pelanggan yang bersangkutan
untuk melunasi tunggakan terlebih dahulu sebelum dilakukan perbaikan.
4. Laporan perbaikan
Setelah petugas lapangan melakukan perbaikan, petugas akan melaporkan
kembali ke unit kerja 116 bahwa perbaikan telah dikerjakan dan petugas akan
50
melakukan pengecekan pada no telepon pelanggan yang mengalami
kerusakan.
5. Penerimaan oleh unit kerja 116
Setelah unit kerja 116 menerima hasil laporan dari petugas lapangan bahwa
perbaikan telah dilaksanakan, unit kerja 116 akan melakukan pengukuran di
meja ukur untuk mengecek kembali hasil perbaikan yang dikerjakan oleh
petugas lapangan.
3. 7 Gangguan-gangguan yang terjadi di STO Simpanglima Tahun 2002
Gangguan-gangguan yang terjadi pada STO Simpanglima dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
51
DATA STATISTIK GANGGUAN TAHUN 2002 DI STO SIMPANGLIMA
0
10
20
30
40
50
Jan Maret Mei Juli Sept Nov
Sentral Transmisi KP.AT KP.BT RK KS.AT KS.BT
Gambar 3.3 Data Statistik Gngguan Pada tahun 2002
3. 8 Analisa Data gangguan
Dari data gangguan pada tahun 2002, dapat dilihat bahwa gangguan dapat
terjadi di sentral, transmisi, kabel primer atas tanah dan kabel primer bawah tanah,
rumah kabel, kabel sekunder atas tanah dan kabel sekunder bawah tanah, kotak
pembagi, saluran penanggal, instalasi rumah, pesawat telepon, gangguan massal,
0
50
100
150
200
250
300
350
400
Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des
KP Sal.Penanggal IR Pesawat GmA GmP3
52
dan gangguan massal karena pihak ketiga. Dalam kasus ini, gangguan sentral dan
gangguan transmisi tidak dibahas, karena gangguan tersebut tidak termasuk dalam
gangguan pada jaringan tembaga.
1. Gangguan pada kabel primer atas tanah.
Dari data gangguan dapat dilihat bahwa gangguan pada kabel primer atas
tanah hampir tidak ada, kalapun ada hanya terdapat gangguan pada bulan
Februari, Juli, dan bulan Desember masing-masing sebanyak 1 gangguan . Hal
tersebut dapat juga dilihat dari grafik gangguan. Untuk bulan Januari, Maret,
April, Mei, Juni, Agustus, September, Oktober, November, tidak ada gangguan
pada kabel primer atas tanah. Jadi, kecenderungan untuk gangguan pada kabel
primer atas tanah cenderung kecil
2. Gangguan pada kabel primer bawah tanah
Untuk gangguan pada kabel primer bawah tanah, berkisar antara 9 sampai
dengan 46 gangguan, dan rata-rata gangguan tersebut sebanyak 22 gangguan
dalam satu tahun. Untuk gangguan yang paling kecil sebanyak 9 gangguan terjadi
pada bulan Maret dan September, dan mengalami puncak gangguan pada bulan
Mei sebanyak 46 gangguan. Dari grafik dapat dilihat bahwa angka kenaikan
gangguan dari bulan Januari ke bulan februari tidak terlalu jauh, namun untuk
bulan Maret mengalami penurunan gangguan, dan untuk bulan April mengalami
kenaikan yang drastis, yang mengalami puncaknya pada bulan Mei. Untuk bulan
Juni mengalami penurunan sampai dengan bulan September, dan bulan Oktober
53
mengalami kenaikan kembali, namun untuk bulan November mengalami
penurunan sampai dengan bulan Desember.
3. Gangguan pada Rumah Kabel
Dari data gangguan dapat dilihat bahwa gangguan paling kecil terjadi pada
bulan Januari dan Februari sebanyak 1 gangguan, dan mengalami puncaknya pada
bulan Mei sebanyak 15 gangguan. Rata-rata gangguan yang terjadi sebanyak 6
gangguan setiap bulannya . Dari grafik dapat dilihat bahwa angka gangguan pada
bulan Januari sampai dengan bulan April masih cenderung stabil, namun untuk
bulan Mei megalami kenaikan yang drastis, dan utnuk bulan Juni sampai dengan
bulan Desember mulai mengalami penurunan meskipun ada sedikit kenaikan
kembali pada bulan November.
4. Gangguan pada kabel sekunder atas tanah
Dari data gangguan dapat dilihat bahwa gangguan yang paling kecil terjadi
pada Juli sampai dengan bulan Oktober sebanyak 1 sampai 2 gangguan, dan
mengalami puncak kenaikan pada bulan April sebanyak 16 gangguan. Rata-rata
gangguan yang terjadi sebanyak 10 gangguan setiap bulannya. Dari grafik
gangguan dapat dilihat bahwa gangguan yang terjadi pada bulan Januari sampai
dengan April cenderung naik turun, namun kenaikan terbesar terjadi pada bulan
April, untuk bulan Mei sampai dengan bulan Oktober masih cenderung stabil,
bahkan pada bulan November tidak ada gangguan, namun pada bulan Desember
mengalami gangguan kembali.
54
5. Gangguan pada kabel sekunder bawah tanah.
Dari data ganguan dapat dilihat bahwa gangguan terkecil terjadi pada Mei,
Oktober, dan Desember sebanyak 23 gangguan, dan gangguan terbesar sebanyak
43 gangguan pada bulan Agustus. Rata- rata gangguan yang terjadi sebanyak 30
gangguan setiap bulannya. Dari grafik dapat dilihat bahwa gangguan akan terus
mengalami kenaikan dari bulan Januari sampai dengan bulan April, namun akan
mengalami penurunan yang drastis pada bulan Mei. Pada bulan Juni akan
mengalami kenaikan sampai puncaknya pada bulan Agustus, namun akan terus
mengalami penurunan kembali pada bulan September sampai dengan bulan
Desember, meskipun pada bulan November mengalami sedikit kenaikan.
6. Gangguan pada kotak pembagi
Dari data gangguan dapat dilihat bahwa gangguan terkecil terjadi pada bulan
Mei, dan gangguan terbesar terjadi pada bulan April sebanyak 57 gangguan. Ratarata
gangguan yang terjadi dalam satu tahun sebanyak 39 gangguan setiap
bulannya. Dari grafik dapat dilihat bahwa gangguan dari bulan Januari sampai
dengan bulan April cenderung naik turun, bahkan mengalami penurunan yang
drastis pada bulan Mei, dan mengalami lonjakan kembali pada bulan Juni-Juli,
pada bulan Agustus mengalami penurunan kembali dan mengalami kenaikan
kembali pada bulan September.Untuk bulan Oktober kembali mengalami
penurunan, namun pada bulan November sampai dengan Desember kembali
mengalami kenaikan.
55
7. Gangguan pada Saluran Penanggal
Dari data gangguan dapat dilihat bahwa gangguan terkecil terjadi pada bulan
September sebanyak 105 gangguan, dan gangguan terbesar terjadi pada bulan
Februari sebanyak 304 gangguan. Rata-rata gangguan yang terjadi sebanyak 168
gangguan setiap bulannya. Dari gafik gangguan dapat dilihat bahwa gangguan
pada bulan Januari masih cenderung kecil, dan mengalami puncak gangguan pada
bulan Februari.Untuk bulan Maret sampai dengan bulan Mei cenderung naik
turun, dan akan mengalami penurunan terus menerus dari bulan Juni sampai pada
bulan September, dan akan naik kembali sampai bulan November, meskipun pada
bulan Desember kembali mengalami penurunan.
8. Gangguan pada Instalasi rumah
Dari data gangguan dapat dilihat bahwa gangguan terkecil terjadi pada bulan
April sebanyak 55 gangguan, dan gangguan terbesar terjadi pada bulan November
sebanyak 352 gangguan. Rata-rata gangguan yang terjadi sebanyak 206 gangguan
dalam satu tahun. Dari grafik dapat dilihat bahwa gangguan pada bulan Januari
dan Februari masih stabil , namun akan mengalami kenaikan pada bulan Maret,
dan penurunan yang drastis pada bulan April. Pada bulan Mei sampai dengan
bulan Oktober cenderung mengalami naik turun, dan mengalami puncak kenaikan
pada bulan November meskipun pada bulan Desember mengalami penurunan
kembali.
56
9. Gangguan pada Pesawat Telepon
Dari data gangguan dapat dilihat bahwa gangaun terkecil terjadi pada bulan
April dengan angka gangguan 0 gangguan. Gangguan terbesar terjadi pada bulan
Januari sebanyak 122 gangguan. Rata-rata ganggaun yang terjadi sebanyak 63
gangguan dalam satu tahun. Dari grafik dapat dilihat bahwa pada bulan Januari
angka gangguan cukup besar, namun akan mengalami penurunan pada bulan
Februari, dan mengalami kenaikan kembali pada bulan Maret. Pada bulan Mei
akan mengalami gangguan kembali sampai dengan bulan Oktober. Gangguan
yang terjadi cenderung naik turun, meskipun pada bulan April tidak terjadi
gangguan, dan akan mengalami gangguan yang cukup besar pada bulan
November, serta penurunan kembali pada bulan Desember.
10. Gangguan Massal
Dari data dapat dilihat bahwa terkecil terjadi pada bulan Juni sampai dengan
bulan September, dengan tidak adanya gangguan pada bulan-bulan tersebut.
Gangguan terbesar terjadi pada bulan Mei sebanyak 7 gangguan. Rata-rata
gangguan yang terjadi sebanyak 2 gangguan dalam satu tahun. Dari grafik dapat
dilihat bahwa pada bulan Januari sampai dengan bulan April angka gangguan
cenderung masih relatif stabil, meskipun akan mengalami puncak gangguan pada
bulan Mei. Pada bulan Juni sampai dengan bulan Desember, hampir tidak da
gangguan.
57
11. Gangguan Massal karena Pihak Ketiga
Dari data gangguan dapat dilihat bahwa ganggaun terkecil terjadi pada bulan
Desember dengan tidak adanya gangguan pada bulan tersebut, dan gangguan
terbesar terjadi pada bulan Mei sebanyak 83 gangguan. Rat-rata gangguan yang
terjadi dalam satu tahun sebanyak 13 gangguan. Dari grafik dapat dilihat bahwa
gangguan pada bulan Januari ke bulan Februari akan menglami penurunan, dan
akan mengalami kenaikan yang cukup besar pada bulan Mei, meskipun akan terus
mengalami penurunan pada bulan Juli sampai dengan bulan September, dan pada
bulan Oktober dan November kembali mengalami kenaikan, dan turun kembali
pada bulan Desember dengan tidak adanya gangguan pada bulan tersebut.
3.9 Mayoritas Gangguan di STO Simpanglima
Di antara gangguan- gangguan di atas, mayoritas gangguan yang sering
terjadi adalah gangguan pada Kabel Primer Bawah, Kabel Sekunder Bawah
Tanah, Saluran Pananggal,dan IKR (Instalasi Rumah dan Pesawat Telepon).
Gangguan-gangguan ini akan dianalisa lebih lanjut pada Bab IV dengan
mengunakan metode Time Series.
3.10 Metode Pengolahan Data
Dalam menganalisa data gangguan, digunakan metode Time Series atau
Deret Berkala. Tujuan dari metode ini adalah untuk menemukan pola dalam deret
data yang lalu dan meng-ekstrapolasikan data tersebut ke masa depan. Pola data
trend metode Time Series atau Deret Berkala dibedakan atas beberapa pola, yaitu :
58
- Trend Linier dan Least-square
- Trend Kuadatris (parabola)
- Trend Eksponensial
- Trend Logistik
- Trend Gompertz
Dalam hal ini, penulis menggunakan pola trend kuadatris ( parabola ), karena
diantara pola trend diatas, hanya pola trend kuadatris yang mendekati dengan data
yang diamati, maka pola trend ini yang digunakan.
3.10.1 Metode Trend Kuadatrik
Metode trend pada dasarnya adalah garis regresi dimana variabel bebas
merupakan variabel waktu. Baik regresi maupun garis trend dapat berupa garis
lurus ( linier trend ) maupun garis bukan lurus ( non linier trend ). Persamaan garis
trend non linier tersebur biasa disebut persamaan parabola, yaitu sebagai berikut :
Y = a + bX + cX2
Dimana :
X = periode waktu
a, b, c adalah konstanta.
Nilai persamaan dapat diperoleh dari cara eliminasi dari persamaan normal :
a.n + bΣX + cΣX2 = ΣY………………..(I)
aΣX + bΣX2 + cΣX3 = ΣXY………………..(I)
aΣX2 + bΣX3 + cΣX4 = ΣX2Y………………..(I)
Nilai a, b, c dapat diperoleh dari lembar kerja aplikasi formula trend kuadatrik.
Setelah diperoleh nilai persamaan, maka dapat dilihat pola trend kuadatrik dari
59
data tersebut, dan selanjutnya kita akan dapat meramalkan pola hubungan yang
akan datang.
60
BAB IV
ANALISIS GANGGUAN JARLOKAT TAHUN 2002
Berdasarkan data gangguan pada tahun 2002, gangguan yang akan
dianalisis adalah sebagai berikut :
4.1 Gangguan pada Saluran Penanggal
Gangguan pada saluran penanggal dapat terjadi di beberapa tempat,
antara lain kerusakan pada penanggal bawah tanah, kerusakan pada sambungan
saluran penanggal, saluran penanggal itu sendiri, saluran penanggal kabel udara,
dan kerusakan pada sambungan penanggal kabel udara.
Tabel 4.1. Tabel Lokasi Gangguan Pada Saluran Penanggal
Lokasi Gangguan Pada Saluran Penanggal
Bulan Penanggal Samb Saluran Samb Penanggal Samb Tot
Bawah Tanah Penanggal Penanggal sal.Penanggal Kabel Udara Penanggal KU Ggn
Jan 32 13 27 17 54 20 163
Feb 40 67 63 68 45 21 304
Maret 7 38 20 35 49 26 175
April 42 42 47 40 47 55 273
Mei 29 40 45 20 33 48 215
Juni 14 27 31 26 15 43 156
Juli 14 13 18 19 15 32 111
Agst 20 25 21 11 17 22 116
Sept 17 22 14 20 11 21 105
Okt 7 16 15 12 58 24 132
Nop 50 47 41 50 35 49 272
Des 57 42 20 43 46 20 228
Tot 329 392 362 361 425 381 2250
61
Berdasarkan tabel lokasi gangguan diatas, dapat dilihat bahwa lokasi
gangguan pada saluran penanggal yang paling besar terjadi pada saluran
penanggal kabel udara.
Kerusakan pada saluran penanggal kabel udara disebabkan oleh beberapa
faktor, yaitu dilihat dari cara pemasangan saluran penanggal kabel udara yang
diletakkan di atas maka kondisi ini sangat rawan akan interferensi tegangan
elektrik yang berasal dari tiang listrik. Apabila saluran penanggal kabel udara
dekat dengan saluran listrik atau berada dalam sisi yang sama dengan saluran
listrik maka kemungkinan interferensi terjadi sangat besar. Faktor yang kedua,
karena berada di tempat terbuka dan kondisi lapangan yang tidak terlindungi,
maka gangguan alam, misalkan petir, pohon tumbang, dapat menyebabkan saluran
penanggal kabel udara terkelupas atau bahkan putus, sehingga dapat
menyebabkan hubung singkat dan efeknya pada saluran pelanggan menjadi mati.
Faktor ketiga, karena manusia. Misalnya karena adanya layang-layang yang
mengenai saluran penanggal kabel udara sehingga menyebabkan putusnya saluran
penanggal kabel udara.
Untuk mengatasi penyebab-penyebab gangguan di atas, maka dapat
diambil beberapa tindakan, antara lain :
1. Dalam pembanguan jaringan telepon, harus memperhatikan jaringan listrik.
Apabila jarimgam listrik berada di sebelah kanan jalan, maka jaringan telepon
harus berada di sisi kiri jalan, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi interferensi
listrik.
62
2. Untuk menanggualangi saluran penanggal kabel udara yang terkelupas atau
putus, maka penanggulangan dapat dilakukan dengan penyambungan saluran
penanggal kabel udara. Namun, apabila kerusakan tidak dapat diatasi dengan cara
penyambungan, maka saluran penanggal kabel udara harus diganti, karena
karakteristik dari saluran penanggal kabel udara yang sangat peka dengan keadaan
sekitar, misalkan apabila saluran penanggal kabel udara tergores dan mengenai
kawat tembaga maka akan mengurangi kualitas komunikasi yang dilewatkan.
0
50
100
150
200
250
300
350
Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agst sept Okt Nop Des
BULAN
JUMLAH
P.BT Samb.P Sal.P Samb.S.P P,KU Samb.P.KU
Gambar 4.1. Grafik Lokasi Gangguan pada Saluran Penanggal
Dilihat dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa gangguan mulai mengalami
kenaikan mulai pada bulan Oktober. Hampir semua lokasi gangguan pada saluran
penanggal mengalami kenaikan. Yang paling besar terjadi pada bulan Februari
sebesar 304 dengan lokasi gangguan terbesar pada sambungan saluran penanggal.
Memasuki bulan Mei , gangguan yang terjadi mulai mengalami penurunan. Hal
ini disebabkan karena pada bulan Oktober sudah memasuki musim penghujan.
Curah hujan pada mulai bulan Oktober sangat tinggi, sehingga menyebabkan
63
sambungan saluran penanggal menjadi rawan terkena gangguan dan cepat menjadi
aus karena terkena air hujan yang terus-menerus. Selain itu, selama musim
penghujan apabila saluran penanggal ini berada di wilayah rawan petir, maka petir
dapat mengenai sambungan saluran penanggal sehingga sambungan pada saluran
penanggal akan terbakar dan putus. Dari kondisi diatas dapat disimpulkan bahwa
musim penghujan berpengaruh terhadap gangguan yang terjadi pada saluran
penanggal.
Untuk mengetahui pola gangguan ini digunakan metode Time Series.
Time Series ini berguna untuk mengetahui pola kecenderungan gangguan yang
terjadi di kemudian hari apabila keadaan kondisi lapangan dan perangkat jaringan
sama dengan yang ada saat ini, sehingga kita akan dapat melakukan tindakan
preventif apabila keadaan ini berulang kembali.
Tabel 4.2 Tabel Perhitungan Time Series
Pada Saluran Penanggal Kabel Udara
X Y x2 x3 X4 xy x2y
54 163 2916 157464 8503056 8802 475308
45 304 2025 91125 4100625 13680 615600
49 175 2401 117649 5764801 8575 420175
47 273 2209 103823 4879681 12831 603057
33 215 1089 35937 1185921 7095 234135
15 156 225 3375 50625 2340 35100
15 111 225 3375 50625 1665 24975
17 116 289 4913 83521 1972 33524
11 105 121 1331 14641 1155 12705
58 132 3364 195112 11316496 7656 444048
35 272 1225 42875 1500625 9520 333200
46 228 2116 97336 4477456 10488 482448
n = 12 Σ=2250 Σ=18205 Σ=854315 Σ=41928073 Σ=85779 Σ=3714275
64
y = -0,2725x2 + 20,041x - 108,94
R2 = 0,7566
0
50
100
150
200
250
300
350
0 10 20 30 40 50 60 70
x
y
Gambar 4.2 Grafik Time Series Saluran Penanggal Kabel Udara
Keterangan :
X = Jumlah gangguan pada saluran penanggal kabel udara
Y = Jumlah total gangguan pada saluran penanggal.
Berdasarkan grafik time series di atas, maka dapat dilihat bahwa pola
kecenderungan gangguan saluran penanggal kabel udara tidak selamanya jika
gangguan pada saluran penanggal naik maka gangguan pada saluran penanggal
kabel udara juga naik. Hal ini disebabkan karena karakteristik gangguan saluran
penanggal itu sendiri, yaitu gangguan pada saluran penanggal kabel udara akan
naik bila musim penghujan dan akan turun pada musim kemarau.
Untuk perbaikan gangguan ini, diberikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Apabila membangun jaringan baru sebaiknya TELKOM memperhatikan
jaringan listrik.
65
2. Pemotongan dahan dan ranting yang mengganggu fisik kabel sebaiknya
dilakukan secara rutin.
3. Memeriksa sambungan kabel
4. Meluruskan alur kabel yang merentang
5. Normalisasi ketinggian rentang kabel.
4.2 Ganguan pada Instalasi Rumah
Gangguan pada Instalasi Rumah dapat terjadi diantara KTB dan pesawat
telepon. Tempat-tempat yang sering terjadi gangguan pada instalasi kabel rumah
antara lain pada kabel indoor, roset, sambungan kabel indoor dan roset, serta
sambungan antara indoor kabel dan KTB.
Tabel 4.3. Tabel Penyebab Gangguan pada Instalasi Rumah
Penyebab
Bulan
Material
jelek
Kabel
Berkarat Kontak
Dimakan
tikus
Tot
Gangguan
Jan 48 45 56 59 208
Feb 54 57 54 43 208
Maret 78 89 75 68 310
April 16 21 10 8 55
Mei 56 59 44 39 198
Juni 24 42 54 27 147
Juli 43 58 52 33 186
Agust 53 49 47 53 202
Sept 37 49 32 59 177
Okt 53 57 48 48 206
Nop 87 89 91 85 352
Des 59 55 55 59 228
Tot 608 670 618 581 2477
66
Gangguan yang terjadi pada Instalasi Rumah disebabkan oleh beberapa
faktor, diantaranya karena material ataupun perangkat instalasi rumah kurang
bagus, misalnya jalur instalasi rumah ada di bawah atap namun tidak ada
pelindungnya, kabel berkarat, terkelupasnya kabel sehingga menyebabkan kabel a
bersinggungan dengan kabel b, akibatnya kabel akan saling kontak (hubung
singkat), dan rusaknya kabel instalasi rumah karena faktor alam, misal kabel
instalasi rumah dimakan tikus. Untuk kerusakan akibat faktor alam ini, umumnya
terjadi pada wilayah pemukiman penduduk. Untuk wilayah perkantoran dan
pertokoan jarang terjadi, karena untuk instalasi kabel indoor gedung dipakai pipa
PVC sebagai pelindung.
Untuk mengatasi gangguan-gangguan pada Instalasi Rumah dapat
dilakukan beberapa tindakan, antara lain :
1. Kerusakan yang diakibatkan karena material yang kurang bagus tindakan yang
diambil adalah material harus diganti dengan yang baru. Hal ini dilakukan agar
saluran telepon dapat digunakan kembali.
2. Kabel yang terkelupas dapat ditanggulangi dengan cara menutup kabel a atau
kabel b dengan isolasi jika memungkinkan. Namun apabila sudah tidak dapat
diatasi dengan cara menutup dengan isolasi, sebaiknya diganti dengan kabel yang
masih bagus kualitasnya.
3. Kabel yang terhubung singkat dapat ditanggulangi dengan cara mencari bagian
yang terhubung singkat ( kabel a dan kabel b menjadi satu ). Apabila kabel a dan
kabel b saling bersinggungan, kedua kabel harus dipisahkan dengan menggunakan
67
isolasi. Namun, apabila hal tersebut tidak dapat dilakukan, maka kabel harus
diganti .
4. Kabel yang berkarat ditanggulangi dengan cara membersihkan karat dari kabel,
dan setelah dibersihkan jauhkan kabel tersebut dari tempat yang lembab.
5. Kabel yang rusak karena faktor alam, misalkan dimakan tikus, dilihat dahulu
tingkat kerusakannya. Apabila tingkat kerusakannya tidak terlalu parah, maka
kabel yang rusak dapat diatasi dengan cara menutup bagian yang rusak dengan
isolasi. Namun apabila hal tersebut tidak memungkinkan dapat diatasi dengan
cara mengganti kabel yang rusak tersebut.
0
50
100
150
200
250
300
350
400
Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nop Des
BULAN
JUMLAH
dimakan tikus material jelek kontak kabel berkarat
Gambar 4.3 Grafik Penyebab Kerusakan Pada Instalasi Rumah
Berdasarkan grafik diatas, maka dapat dilihat bahwa untuk semua
penyebab gangguan mulai mengalami kenaikan pada bulan November. Penyebab
gangguan terbesar adalah kabel berkarat sebesar 670 kerusakan dalam satu tahun.
Kerusakan karena kabel berkarat tertinggi terjadi pada bulan November sebesar
68
91 kerusakan. Hal ini disebabkan karena pada bulan November sering terjadi
hujan, sehingga kondisi kabel yang semula kering menjadi lembab, kondisi yang
lembab mengandung kadar air yang dapat memicu terjadinya perkaratan. Karena
wilayah STO Simpanglima merupakan wilayah dataran rendah yang rawan banjir,
sehingga keadaan cuaca sangat lembab, dan hal terebut memicu kerusakan kabel
berkarat pada instalasi rumah.
Pada bulan April, semua jenis kerusakan mengalami penurunan yang
signifikan. hal ini disebabkan karena sejak bulan Januari hingga Maret 2002
kerusakannya tinggi, maka pihak PT. TELKOM mengadakan program test rutin
bekerjasama dengan instalatur yang ditunjuk PT.TELKOM untuk memperbaiki
ataupun mengecek kondisi IKR, sehingga pada bulan April terjadi penurunan
drastis terhadap kerusakan IKR.
Kerusakan pada Instalasi Kabel Rumah (IKR) yang meliputi Instalasi
Rumah dan Pesawat telepon pada pelanggan, pada dasarnya bukan menjadi
tanggung jawab pihak PT.TELKOM. Adapun, apabila ada kerusakan pada IKR,
pihak PT.TELKOM menyerahkan keputusan perbaikan pada pelanggan, apakah
perbaikan akan dilakukan sendiri atau melalui instalatur yang telah ditunjuk
PT.TELKOM. Ada baiknya pihak PT.TELKOM melakukan penyuluhan ataupun
dengan memberikan informasi seputar pentingnya mengecek kondisi instalasi
rumah.
Untuk mengetahui pola gangguan ini digunakan metode Time Series.
Time Series ini berguna untuk mengetahui pola kecenderungan gangguan yang
terjadi di kemudian hari apabila keadaan kondisi lapangan dan perangkat jaringan
69
sama dengan yang ada saat ini, sehingga kita akan dapat melakukan tindakan
preventif apabila keadaan ini berulang kembali.
Tabel 4.4 Tabel Time Series Kabel Berkarat Pada Instalasi Rumah
x y x2 x3 x4 xy x2y
45 208 2025 91125 4100625 9360 421200
57 208 3249 185193 10556001 11856 675792
89 310 7921 704969 62742241 27590 2455510
21 55 441 9261 194481 1155 24255
59 198 3481 205379 12117361 11682 689238
42 147 1764 74088 3111696 6174 259308
58 186 3364 195112 11316496 10788 625704
49 202 2401 117649 5764801 9898 485002
49 177 2401 117649 5764801 8673 424977
57 206 3249 185193 10556001 11742 669294
89 352 7921 704969 62742241 31328 2788192
55 228 3025 166375 9150625 12540 689700
n = 12 Σ=2477 Σ=41242 Σ=2756962 Σ=198117370 Σ=152786 Σ=10208172
y = -0,0085x2 + 4,782x - 31,483
R2 = 0,912
0
50
100
150
200
250
300
350
400
0 20 40 60 80 100
x
y
Gambar 4.4 Grafik Time Series Kabel Berkarat
pada Instalasi Rumah
70
Keterangan :
x = Jumlah kerusakan karena kabel berkarat pada instalasi rumah
y = Jumlah total gangguan pada instalasi rumah.
Berdasarkan grafik time series di atas, maka dapat dilihat bahwa pola
kecenderungan gangguan instalasi rumah karena kabel berkarat ada hubungannya
dengan jumlah gangguan IR. Apabila jumlah gangguan yang disebabkan karena
kabel berkarat tinggi, maka gangguan pada IR juga akan semakin tinggi.
Demikian juga sebaliknya. Jadi, gangguan yang disebabkan karena kabel berkarat
sangat mempengaruhi dan menjadi faktor utama yang menyebabkan tingginya
kerusakan pada IR.
Untuk perbaikan gangguan ini, diberikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Dalam hal pemilihan material kabel, sebaiknya PT.TELKOM
memperhatikan bahan dan kualitas dari material tersebut, serta
PT.TELKOM membuat standard dari kabel yang akan digunakan.
2. Dalam pemasangan instalasi rumah, sebaiknya instalatur yang ditunjuk
PT.TELKOM melakukan pemasangan instalasi sesuai dengan ketentuan.
3. Ada baiknya pihak PT.TELKOM melakukan penyuluhan ataupun dengan
memberikan informasi seputar pentingnya mengecek kondisi instalasi
rumah.
4.2 Gangguan pada Pesawat Telepon
Gangguan pada pesawat telepon dapat disebabkan karena kerusakan
pada bel telepon, anti side tone, dan pada IC pada pesawat telepon yang berkarat.
71
Tabel 4.5 Tabel Penyebab Kerusakan Pada Pesawat Telepon
Penyebab
Bulan Bel telp Anti side tone berkarat Tot Gangguan
Jan 47 43 32 122
Feb 21 17 17 55
Maret 24 21 49 94
April 0 0 0 0
Mei 27 19 8 54
Juni 9 16 15 40
Juli 20 17 20 57
Agst 27 14 22 63
Sept 22 8 14 44
Okt 20 28 11 59
Nop 28 33 40 101
Des 31 16 22 69
Tot 276 232 250 758
Kerusakan yang terjadi pada pesawat telepon sebenarnya bukan menjadi
tangung jawab PT.TELKOM. Kerusakan yang terjadi pada pesawat telepon
pelanggan lebih dikaitkan dengan kebiasaan pelanggan itu sendiri dan kualitas
dari peasawat telepon yang digunakan. Misalkan, pelanggan meletakkan
pesawat telepon di tempat yang rawan jatuh, sehingga memudahkan pesawat
telepon sering jatuh. Selain itu kebiasaan pelanggan yang menggunakan
telepon dengan kasar (kebiasaan membanting hand set) juga cepat merusakkan
pesawat telepon. Dapat juga dikarenakan kondisi kumparan pada pesawat
telepon yang rusak, sehingga suara yang dihasilkan tidak dapat jernih.
Kerusakan pada bel magnetic mengakibatkan nada dering yang masuk ke
pesawat pelangan tidak dapat terdengar. Sehingga, pelanggan tidak dapat
mengetahui apakah ada telepon yang masuk ataupun tidak karena pada
pesawat telepon tidak terdengar nada dering. Untuk mengetahui kondisi bel
72
pesawat bagus aau tidak, dapat dilakukan tes ringing pada pesawat telepon
sendiri. Caranya dengan menekan nomor telepon pesawat tersebut diteruskan
dengan menekan digit 114 (atau digit test ringing yang lain sesuai dengan
yang sudah ditentukan pada masing-masing sentral), tunggu sebentar
kemudian letakkan handsetnya. Apabila setelah handset diletakkan akan
terdengar nada dering maka bel pesawat telepon dalam kondisi baik,
sedangkan setelah diletakkan handset tidak terdengar apa-apa berarti bel
pesawat telepon dalam kondisi rusak.
Kerusakan yang diakibatkan karena anti side tone efek yang ditimbulkan
adalah akan terjadi gaung/gema, akibatnya pelanggan yang sedang berbicara
akan mendengar suaranya sendiri pada saat ia mendengar suara dari lawan
bicaranya. Sehingga suara yang terdengar akan menumpuk.
Kerusakan pada IC pesawat telepon mengakibatkan suara yang dihasilkan
tidak jernih, bahkan bila kerusakannya sudah berat pesawat telepon akan mati.
Untuk mengatasi gangguan-gangguan di atas, maka diambil beberapa
tindakan, antara lain :
1. Kerusakan pada bel magnetic, sebaiknya diganti dengan bel magnetic yang
masih bagus. Walaupun yang rusak hanya bagian bel magnetic namun
persedian suku cadang bel sudah tidak ada, pergantian dilakukan seluruh
pesawat telepon.
2. Kerusakan pada anti side tone diatasi dengan cara mengganti anti side tone
tersebut. Sama dengan kerusakan pada bel magnetic, bila persediaan suku
73
cadang anti side tone tidak ada maka pergantian dilakukan seluruh pesawat
telepon.
3. Kerusakan pada IC kumparan karena berkarat di atasi dengan
membersihkan IC tersebut dari karat. Kemudian lakukan test untuk
mengecek IC ada bagian IC yang rusak tidak setelah karat dibersihkan
dengan menggunakan voltmeter. Cek ada beda tegangan dan arusnya
tidak, kalau ada berarti IC sudah normal kembali. Namun bila karat tidak
dapat dibersihkan, ganti IC dengan yang baru.
0
20
40
60
80
100
120
140
Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nop Des
Bulan
Jumlah
Bel telp anti side tone berkarat
Gambar 4.5 Grafik Penyebab gangguan pada Pesawat Telepon
Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa penyebab kerusakan
terbesar terjadi pada bel magnetic telepon sebesar 276 dalam satu tahun.
Dapat dilihat dari grafik, untuk kerusakan bel magnetic mulai mengalami
kenaikan mulai pada bulan Oktober, dan jumlah kerusakan tertinggi pada bulan
Januari. Sebagian besar bel magnetic yang rusak diakibatkan oleh adanya
74
tegangan liar yang masuk ke pesawat telepon. Selama musim penghujan, bahaya
yang timbul adalah munculnya tegangan listrik yang cukup besar yang bersumber
dari petir. Begitu tegangan liar ini timbul, akan membahayakan perangkat
telekomunikasi yang ada didekatnya. Apabila tegangan liar ini membawa arus
listrik yang besar dan mengalir di saluran telepon , yang terkena langsung adalah
pesawat telepon bagian bel. Secara fisik memang pesawat telepon tidak rusak ,
namun komponen untuk bel magnetic umumnya sudah terbakar. Sehingga efek
yang terjadi pada pesawat telepon adalah tidak akan ada nada dering.
Bel magnetic merupakan perangkat telepon yang paling sensitif terhadap
tegangan liar yang masuk, begitu mendapat arus lebih besar dari biasanya bel
akan terbakar komponennya, sehingga bel magnetic yang paling mudah
mengalami kerusakan, inilah latar belakang mengapa kerusakan pada bel
magnetic dalam satu tahun tersebut sangat besar.
Hal tersebut dapat diatasi dengan cara mengganti bel magnetic pada
pesawat telepon tersebut. Namun biasanya untuk mendapatkan suku cadang bel
magnetic tersebut sangat sukar, karena produsen pesawat telepon lebih
mementingkan segi bisnis dibandingkan dengan kualitas pelayanannnya. Begitu
ada perangkat yang rusak maka harus diganti seluruhnya.
Memasuki bulan Februari mengalami penurunan, bahkan pada bulan April
justru kerusakan pada pesawat telepon menurun drastis. Sama dengan penjelasan
pada kerusakan Instalasi Rumah, kerusakan pada pesawat telepon mengalami
penurunan yang drastis karena pada bulan tersebut PT.TELKOM mengadakan
program test rutin untuk mengurangi jumlah gangguan.
75
Pada dasarnya, kerusakan pada pesawat telepon bukan menjadi tanggung
jawab PT. TELKOM, namun kita juga tidak bisa sepenuhnya menyalahkan
kebiasaan pelanggan dalam menggunakan pesawat telepon. Untuk itu PT.
TELKOM diharapkan sering memberikan petunjuk-petunjuk kepada pelanggan,
bagaimana peraturan, sopan santun, etiket bertelepon yang baik. Petunjuk ini
dapat berupa stiker-stiker yang diberikan kepada pelanggan pada saat mereka
membayar tagihan telepon.
Yang perlu lebih diperhatikan sebenarnya adalah kualitas dari pesawat
telepon tersebut, sehingga untuk jangka waktu yang lama dan dalam kondisi
apapun pesawat telepon mempunyai kemungkinan yang kecil bila mengalami
kerusakan. PT. TELKOM dapat membuat standard pesawat yang digunakan dan
memperingatkan kepada produsen-produsen pesawat telepon untuk tidak hanya
mengutamakan sisi keuntungan bisnis saja dalam membuat pesawat telepon,
namun juga harus diperhatikan sisi kualitas pesawat telepon, kenyamanan, dan
pelayanan kepada pemakai.
Untuk mengetahui pola gangguan ini digunakan metode Time Series.
Time Series ini berguna untuk mengetahui pola kecenderungan gangguan yang
terjadi di kemudian hari apabila keadaan kondisi lapangan dan perangkat jaringan
sama dengan yang ada saat ini, sehingga kita akan dapat melakukan tindakan
preventif apabila keadaan ini berulang kembali.
76
Tabel 4.6 Tabel Time Series Bel Magnetic pada Pesawat Telepon
x Y x2 x3 x4 xy x2 y
47 122 2209 103823 4879681 5734 269498
21 55 441 9261 194481 1155 24255
24 94 576 13824 331776 2256 54144
0 0 0 0 0 0 0
27 54 729 19683 531441 1458 39366
9 40 81 729 6561 360 3240
20 57 400 8000 160000 1140 22800
27 63 729 19683 531441 1701 45927
22 44 484 10648 234256 968 21296
20 59 400 8000 160000 1180 23600
28 101 784 21952 614656 2828 79184
31 69 961 29791 923521 2139 66309
n = 12 Σ=758 Σ =7794 Σ= 245394 Σ= 8567814 Σ= 20919 Σ= 649619
y = -0,0043x2 + 2,6084x + 5,9893
R2 = 0,7659
0
20
40
60
80
100
120
140
0 10 20 30 40 50
x
y
Gambar 4.6 Grafik Time Series Bel Magnetic pada Pesawat Telepon
X = jumlah gangguan pada bel magnetic
Y = junlah gangguan pada pesawat telepon
77
Berdasarkan grafik time series di atas, maka dapat dilihat bahwa pola
kecenderungan gangguan pesawat telepon karena bel magnetic ada hubungannya
dengan jumlah gangguan pada pesawat telepon. Apabila jumlah gangguan yang
disebabkan karena bel magnetic tinggi, maka gangguan pada pesawat telepon juga
akan semakin tinggi. Demikian juga sebaliknya. Jadi, gangguan yang disebabkan
karena bel magnetic sangat mempengaruhi dan menjadi faktor utama yang
menyebabkan tingginya kerusakan pada pesawat telepon.
Untuk beberapa gangguan ini diberikan beberapa saran, yaitu :
1. Dalam pemakaian pesawat telepon, pelanggan sebaiknya
memperhatikan etiket bertelepon dan tingkah laku kebiasaan dalam
menggunakan pesawat telepon tersebut. Misalkan, dalam meletakkan
handset telepon tidak perlu dibanting. Letakkan pesawat telepon
ditempat yang aman, tidak mudah tersentuh dan jatuh.
2. Meskipun perbaikan kerusakan pada pesawat telepon pelanggan bukan
menjadi tangguang jawab PT. TELKOM, namun ada baiknya
PT.TELKOM tetap bertanggung jawab secara tidak langsung.
3. Produsen-produsen pembuat pesawat telepon sebaiknya
memperhatikan kualitas bahan yang dipakai dalam pembuatan
pesawat, terutama bagian perangkat dalam pesawat.
4.4 Kerusakan pada Kabel Primer Bawah Tanah
Gangguan pada kabel primer bawah tanah dapat terjadi di beberapa tempat
antara lain gangguan pada sambungan primer, primer bawah tanah, dan
sambungan primer bawah tanah.
78
Tabel 4.7 Tabel Lokasi Gangguan pada Kabel Primer Bawah Tanah
Lokasi
Bulan Samb.Primer Primer.B.T
Samb.Primer
B.T
Tot
Gangguan
Jan 5 7 3 15
Feb 6 10 6 22
Maret 4 3 2 9
April 10 12 4 26
Mei 8 20 18 46
Juni 7 17 10 34
Juli 2 21 9 32
Agst 4 6 11 21
Sept 2 5 2 9
Okt 3 11 4 18
Nop 2 8 7 17
Des 5 6 2 13
Tot 58 126 78 262
Gangguan yang terjadi pada kabel primer bawah tanah dapat terjadi karena
beberapa faktor. Yang pertama, kerusakan pada sambungan primer dan
sambungan primer bawah tanah dapat terjadi karena pada lokasi gangguan
tersebut mengalami kerusakan yang diakibatkan karena pada sambungan kabel
tersebut longgar, terlepas, atau terbuka sambungannya. Sedangkan kerusakan
pada kabel primer bawah tanah dapat diakibatkan karena putus.
Sebab lainnya, melihat letak kabel primer bawah tanah yang dipasang di
bawah sehingga memungkinkan kabel primer tersebut terendam air selama musim
penghujan. Kondisi STO Simpanglima yang berada di daerah dataran rendah dan
merupakan daerah rawan banjir, hal ini semakin memicu kerusakan pada kabel
primer bawah tanah.
Selain penyebab diatas kerusakan kabel tanah juga dapat diakibatkan karena
faktor manusia. Meskipun ini sedikit terjadi, namun akibat yang ditimbulkan
79
sangat merugikan pelanggan., sebab tidak hanya satu saluran pelanggan yang
mati, saluran pelanggan yang rusak dapat mencapai ratusan tergantung dari
kapasitas kabel primer bawah tanah tersebuit. Misalnya ada perusahaan lain yang
mengadakan penggalian saluran bawah tanah, bila perusahaan tersebut tidak hatihati
maka kabel bawah tanah yang sudah tertanam akan kena cangkul dan putus.
Untuk mengatasi gangguan di atas dilakuan beberapa tindakan, yaitu :
1. Untuk mengetahui letak kerusakan dilakukan pendeteksian letak
kerusakan dengan alat deteksi kerusakan kabel primer, sehingga kita
dapat mengetahui letak kerusakan, baru setelah itu dilakukan penggalian
untuk memperbaiki kerusakan.
2. Apabila kerusakan terjadi pada sambungan primer yang diakibatkan
karena sambungan longgar, maka perbaikan dilakukan dengan cara
mengencangkan kembali sambungan yang longgar
3. Apabila kerusakan diakibatkan karena sambungan yang terkelupas,
maka perbaikan dilakukan dengan cara menyambung kembali bagian
yang terkelupas dengan SILO.
4. Apabila kerusakan terjadi pada kabel primer diakibatkan karena putus,
maka perbaikan dilakukan dengan cara mengganti kabel primer
tersebut.
5. Apabila kerusakan diakibatkan karena adanya pengalian saluran oleh
pihak lain, maka pihak yang merusakkan harus bertangguang jawab
melakukan perbaikan.
80
0
10
20
30
40
50
Jan Maret Mei Juli Sept Nop
BULAN
JUMLAH
Samb Primer Samb.Primer B.T Primer B.T
Gambar 4.7 Grafik Lokasi Gangguan pada Kabel Primer Bawah Tanah
Berdasarkan tabel dan grafik diatas, maka dapat dilihat bahwa penyebab
kerusakan yang paling besar pada kabel primer bawah tanah adalah pada kabel
primer bawah tanah sebesar 126 kerusakan dalam satu tahun. Sedangkan
kerusakan yang paling sering terjadi adalah pada bulan Mei sebesar 46 kerusakan
dengan 8 kerusakan pada sambungan primer, 20 kerusakan pada primer bawah
tanah, dan 18 kerusakan pada sambungan primer bawah tanah.
Unutk kerusakan pada kabel primer bawah tanah, kerusakan bukan
menjadi kerusakan yang rutin terjadi. Berbeda dengan kabel udara yang rawan
dengan faktor-faktor luar yang mempengaruhi, kabel bawah tanah relatif aman
dari gangguan luar. Jadi kerusakan yang terjadi ( longgar, terkelupas, putus)
akibat dari faktor umur kabel primer yang sudah lama.
Dalam hal perbaikan , untuk perbaikan memang bisa dilakukan saat itu
juga. Namun untuk penggalian kabel primer tidak dapat dilakukan saat itu juga
tergantung dari adanya program penggantian dan penambahan jaringan primer.
81
Biasanya ini dilakukan 5 tahun sekali. Misalkan ada yang rusak dan dilakukan
perbaikan tidak bisa, maka dilakukan pemindahan saluran ke cadangan kabel
primer bawah tanah, karena apabila tetap dilakukan penggantian kabel primer
bawah tanah, hal ini akan memakan biaya, waktu, dan tenaga yang tidak sedikit
mengingat letak kabel primer yang ditanam dalam tanah.
Untuk mengetahui pola gangguan ini digunakan metode Time Series.
Time Series ini berguna untuk mengetahui pola kecenderungan gangguan yang
terjadi di kemudian hari apabila keadaan kondisi lapangan dan perangkat jaringan
sama dengan yang ada saat ini, sehingga kita akan dapat melakukan tindakan
preventif apabila keadaan ini berulang kembali.
Tabel 4.8 Tabel Time Series Kabel Primer Bawah Tanah
X y x2 x3 x4 xy x2y
7 15 49 343 2401 105 735
10 22 100 1000 10000 220 2200
3 9 9 27 81 27 81
12 26 144 1728 20736 312 3744
20 46 400 8000 160000 920 18400
17 34 289 4913 83521 578 9826
21 32 441 9261 194481 672 14112
6 21 36 216 1296 126 756
5 9 25 125 625 45 225
11 18 121 1331 14641 198 2178
8 17 64 512 4096 136 1088
6 13 36 216 1296 78 468
n = 12 Σ=262 Σ=1714 Σ=27672 Σ=493174 Σ=3417 Σ=53813
82
y = -0,0099x2 + 1,9492x + 2,7861
R2 = 0,8437
0 5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
0 5 10 15 20 25
x
y
Gambar 4.8 Gambar Time Series pada Kabel Primer Bawah Tanah
X = Jumlah gangguan pada kabel primer bawah tanah
Y = Jumlah total gangguan pada kabel primer bawah tanah
Berdasarkan grafik time series di atas, maka dapat dilihat bahwa pola
kecenderungan gangguan kabel primer bawah tanah karena kualitas dan umur
kabel primer bawah tanah tersebut ada hubungannya dengan jumlah gangguan
pada kabel primer bawah tanah. Apabila jumlah gangguan yang disebabkan
karena kualitas dan umur kabel prmer bawah tanah tinggi, maka gangguan pada
pada kabel primer bawah tanah juga akan semakin tinggi. Demikian juga
sebaliknya. Jadi, gangguan yang disebabkan karena kualitas dan umur kabel
primer bawah tanah sangat mempengaruhi dan menjadi faktor utama yang
menyebabkan tingginya kerusakan pada kabel primer bawah tanah.
83
Untuk beberapa gangguan di atas diberikan bebarapa saran sebagai
berikut:
1. PT. TELKOM sebaiknya memperhatikan kualitas dari kabel primer bawah
tanah.
2. PT.TELKOM sebaiknya segera melakukan penambahan jaringan karena
semakin banyaknya pelanggan yang memutuhkan sambungan telepon.
3. Pihak-pihak yang akan melakukan pekerjaan galian sebaiknya
berkoordinasi dengan PT.TELKOM sehingga tidak merusak kabel primer
bawah tanah.
4.5 Gangguan pada Kabel Sekunder Bawah Tanah
Lokasi gangguan pada kabel sekunder bawah tanah dapat terjadi di
sambungan kabel sekunder bawah tanah dan kabel sekunder bawah tanah.
Kerusakan pada sambungan sekunder bawah tanah yang disebabkan
karena sambungan sekunder bawah tanah putus, ataupun sambungan kabel
tersebut terlepas. Demikian juga dengan kabel sekunder bawah tanah dapat
mengalami kerusakan yang disebabkan kerana kondisi kabel yang aus karena
waktu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini :
84
Tabel 4.9 Tabel Lokasi Gangguan pada Kabel Sekunder Bawah Tanah
Lokasi
Bulan Samb Sekunder B.TSekunder B.T Tot Gangguan
Jan 12 12 24
Feb 18 11 29
Maret 8 27 35
April 10 28 38
Mei 17 6 23
Juni 5 29 34
Juli 18 17 35
Agst 20 23 43
Sept 7 20 27
Okt 6 17 23
Nop 18 15 33
Des 16 7 23
Tot 155 212 367
Perbaikan pada kabel sekunder bawah tanah sama dengan perbaikan pada
kabel primer. Karena kabel sekunder bawah tanah ditanam dalam tanah, maka
tidak boleh dilakukan penggalian tanpa perencanaan terlebih dahulu, karena dapat
merugikan. Bila terjadi kerusakan maka lakukan deteksi kerusakan terlebih dahulu
agar dapat ditentukan lokasi gangguan. Setelah lokasi gangguan ditemukan, baru
dilakukan penggalian. Kemudian lakukan perbaikan. Bila kabel sekunder bawah
tanah putus, lakukan penyambungan dengan menggunakan SILO, sedangkan
kerusakan akibat kabel sambungan kebel sekunder lepas, bisa diperbaiki dengan
penyambungan bagian yang terlepas tersebut.
Bila langkah perbaikan tidak dapat mengatasi kerusakan yang terjadi,
lakukan perpindahan saluran kabel sekunder bawah tanah ke saluran cadangan
kabel sekunder bawah tanah, karena untuk mengadakan penggantian kabel
sekunder bawah tanah secara langsung tidak dapat dilakukan mengingat
membutuhkan biaya yang sangat tinggi.
85
0
10
20
30
40
50
Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agst sept Okt Nop Des
BULAN
JUMLAH
Samb Sekunder B.T Sekunder B.T
Gambar 4.9. Grafik Penyebab Gangguan Kabel Sekunder Bawah Tanah
Berdasarkan tabel dan grafik gangguan diatas, maka dapat dilihat bahwa
gangguan terbesar terletak pada sekunder bawah tanah sebesar 212 dalam satu
tahun. Kerusakan terbesar terjadi pada bulan Agustus sebesar 43 dalam bulan itu,
antara lain kerusakan pada sambungan sekunder bawah tanah sebesar 20
kerusakan, kerusakan pada kebel sekunder bawah tanah sebesar 28 kerusakan. Hal
ini dapat terjadi karena pada bulan Agustus tahun 2002 pihak Telkom sedang
mengerjakan perluasan jaringan, sehingga kemungkinan kabel sekunder bawah
tanah dan pada sambungan kabel sekunder bawah tanah akan mengalami
kerusakan yang dimungkinkan karena terkena alat galian.
Untuk mengetahui pola gangguan ini digunakan metode Time Series.
Time Series ini berguna untuk mengetahui pola kecenderungan gangguan yang
terjadi di kemudian hari apabila keadaan kondisi lapangan dan perangkat jaringan
sama dengan yang ada saat ini, sehingga kita akan dapat melakukan tindakan
preventif apabila keadaan ini berulang kembali.
86
Tabel 4.10 Tabel Time Series Kabel Sekunder Bawah Tanah
x y x2 x3 x4 xy x2y
12 24 144 1728 20736 288 3456
11 29 121 1331 14641 319 3509
27 35 729 19683 531441 945 25515
28 38 784 21952 614656 1064 29792
6 23 36 216 1296 138 828
29 34 841 24389 707281 986 28594
17 35 289 4913 83521 595 10115
23 43 529 12167 279841 989 22747
20 27 400 8000 160000 540 10800
17 23 289 4913 83521 391 6647
15 33 225 3375 50625 495 7425
7 23 49 343 2401 161 1127
n = 12 Σ=367 Σ=4436 Σ=103010Σ=2549960 Σ=6911 Σ=150555
y = -0,0116x2 + 1,031x + 16,641
R2 0 = 0,5404
10
20
30
40
50
0 5 10 15 20 25 30 35
x
y
Gambar 4.10 Gambar Time Series pada Kabel Sekunder Bawah Tanah
X = Jumlah gangguan pada kabel sekunder bawah tanah
Y = Jumlah total gangguan pada kabel sekunder bawah tanah
Berdasarkan grafik time series di atas, maka dapat dilihat bahwa pola
kecenderungan gangguan kabel sekunder bawah tanah karena kualitas dan umur
87
kabel sekunder bawah tanah tersebut ada hubungannya dengan jumlah gangguan
pada kabel sekunder bawah tanah. Apabila jumlah gangguan yang disebabkan
karena kualitas dan umur kabel sekunder bawah tanah tinggi, maka gangguan
pada pada kabel sekunder bawah tanah juga akan semakin tinggi.
Demikian juga sebaliknya. Jadi, gangguan yang disebabkan karena
kualitas dan umur kabel sekunder bawah tanah sangat mempengaruhi dan menjadi
faktor utama yang menyebabkan tingginya kerusakan pada kabel sekunder bawah
tanah.
Kerusakan kabel sekunder karena adanya galian oleh pihak lain dapat
menyebabkan beberapa puluh saluran pelanggan telepon mati, oleh sebab itu
perbaikan untuk jenis gangguan ini harus segera dilakukan.
Untuk beberapa gangguan di atas diberikan bebarapa saran sebagai
berikut:
1. PT. TELKOM sebaiknya memperhatikan kualitas dari kabel sekunder
bawah tanah yang digunakan.
2. PT.TELKOM sebaiknya segera melakukan penambahan jaringan karena
semakin banyaknya pelanggan yang membutuhkan sambungan
telepon.
3. Pihak-pihak yang akan melakukan pekerjaan galian sebaiknya
berkoordinasi dengan PT.TELKOM sehingga tidak merusak kabel
sekunder bawah tanah.
88
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa yang telah diuraikan dapat dimbil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Gangguan yang paling sering terjadi pada Jaringan Lokal Akses Tembaga
adalah gangguan yang terjadi pada Saluran Penanggal, IKR ( Instalasi
Rumah dan Pesawat Telepon ), Kabel Primer Bawah Tanah, dan Kabel
Sekunder Bawah Tanah,
2. Gangguan pada Saluran Penanggal sering terjadi di saluran penanggal
kabel udara yang diakibatkan karena saluran penanggal putus atau
terkelupas, akibat dari faktor alam, dan interferensi tegangan elektrik.
Tindakan yang diambil adalah dalam membangun jaringan hendaknya
memperhatikan jaringan listrik.
3. Gangguan pada Instalasi Rumah dapat diakibatkan karena material jelek,
kabel berkarat, kabel dimakan tikus, dan kabel mengalami hubung singkat
Gangguan yang paling sering terjadi adalah gangguan yang diakibatkan
karena kabel berkarat. Tindakan yang diambil dalam menanggulangi
gangguan di atas adalah membersihkan karat dari kabel, diisolasi, dan
penggantian kabel.
4. Gangguan pada pesawat telepon dapat disebabkan karena kerusakan pada
bel telepon, anti side tone, dan pada IC yang berkarat. Tindakan yang
89
diambil penggantian perangkat yang rusak, dan penggantian pesawat
telepon bila perangkat pengganti tidak ada.
5. Gangguan pada kabel primer bawah tanah terjadi pada sambungan primer,
primer bawah tanah, dan sambungan prmer bawah tanah. Tindakan yang
diambil disambung dengan menggunakan SILO, dan dipindah ke saluran
cadangan.
6. Gangguan pada kabel sekunder bawah tanah terjadi pada sambungan kabel
sekunder bawah tanah dan kabel sekunder bawah tanah, Tindakan yang
diambil disambung dengan menggunakan SILO, dan dipindah ke saluran
cadangan bila rusak berat.
5.2 SARAN
1. PT. TELKOM sebaiknya memperhatikan kualitas dari kabel dan pesawat
telepon yang digunakan.
2. PT. TELKOM hendaknya membuat standard kabel dan pesawat telepon
yang digunakan.
3. Dalam pembangunan jaringan segera dilakukan, karena masih banyak
masyarakat yang menginginkan jaringan telepon.
4. Lakukan perawatan, pemeliharaan, dan pengetesan secara rutin agar setiap
gangguan yang terjadi dapat dideteksi dan dilakukan perbaikan secepat
mungkin.
5. Instalatur yang ditunjuk PT. TELKOM sebaiknya memperhatikan standar
yang telah ditetapkan PT.TELKOM tentang IKR.
90
DAFTAR PUSTAKA
DIVLAT PT.Telkom, 1997, Materi Pelatihan Dasar Teknik Jaringan Kabel
Tembaga, Centre of Human Resources Development, Bandung
DIVLAT PT.Telkom,1997, Konstruksi dan Instalasi Jaringan Kabel Tembaga,
Centre of Human Resources Development, Bandung
DIVLAT PT.Telkom,1995, Pedoman Pemasangan Jaringan Kabel
Telekomunikasi, PT. Telekomunikasi Indonesia, Indonesia
DIVLAT PT. Telkom, 1996, Teknik Fundamental Technical Plan, PT.
Telekomunikasi Indonesia, Indonesia
DIVLAT PT. Telkom, 1987, Pengantar Sistem Telekomunikasi Jaringan,
Perumtel, Bandung
Ir Suhana dan Shigoki Shoji, 1987, Buku Pegangan Teknik Telekomunikasi,
Pustaka Teknologi dan Informasi, Jakarta
Douglas C. Montgomery dan Elizabeth A. Peck, 1981, Introduction to Linear
Regression Analysis, Wiley Series In Probability And Mathematical Statistics,
Singapura

Tidak ada komentar:

Posting Komentar