Selasa, 07 Juni 2011

ANALISA TRAFIK DAN PERFORMANSI PADA JARINGAN TEKNOLOGI GSM


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang
Sekarang ini hampir semua instrumen telekomunikasi bergerak menggunakan teknologi yang berbasis selluler. Sistem Telekomunikasi bergerak berbasis selluler menawarkan kelebihan dibandingkan dengan Sistem Wireline (jaringan kabel), yaitu mobilitas sehingga pengguna dapat bergerak kemanapun selama masih dalam cakupan layanan Operator.
Tetapi dalam penerapannya sistem ini juga memiliki keterbatasan – keterbatasan diantaranya terbatasnya kanal pembicaraan seiring dengan banyaknya jumlah pelanggan teknologi komunikasi seluler, sehingga mengakibatkan apa yang disebut dengan block call yang pada tahun baru kemarin terjadi pada jaringan milik PT Telkomsel. Selain itu masalah penerimaan sinyal RF (Radio Frekuensi) juga menjadi faktor yang sangat penting dalam sistem komunikasi Wireless. Rendahnya kualitas level sinyal penerima ini yang mengakibatkan sering terjadinya kegagalan proses panggilan atau biasa yang disebut dengan Drop call.
Oleh karena itu perlu dilakukan proses monitoring dan analisa yang berkelanjutan guna memantau kinerja sistem ini. Dari analisa trafik tersebut dapat dilihat letak permasalahan yang mengakibatkan buruknya performansi suatu jaringan Telekomunikasi.



1
 
 

1.2.      Batasan Masalah
1.      Laporan Tugas Akhir ini hanya membatasi permasalahan tentang Trafik dalam sistim telekomunikasi selluler.
2.      Mengatasi permasalahan yang terjadi dalam jaringan komunikasi khususnya dalam hal penerimaan radio frekuensi.

1.3.      Tujuan Penelitian
Menganallisa data trafik beserta parameter – parameter yang ada dalam sebuah sistem seluler berbasis teknologi GSM Khususnya BSC Semarang – 1 guna mengetahui permasalahan yang ditimbul beserta usulan perbaikan kinerja sistem.

1.4.      Metode Penulisan 
Dalam penyusunan Laporan TA ini, digunakan beberapa metode, antara lain :
1.      Metode Study Literatur.
Mengambil dan mengumpulkan teori-teori dasar serta teori pendukung dari berbagai sumber, terutama meminta data dari pihak Telkomsel, buku-buku referensi dan situs-situs dari internet tentang apa-apa yang menunjang dalam analisa ini.
2.      Metode Observasi.
Beserta pembimbing dan rekan – rekan teknisi lapangan dari devisi NO PT TELKOMSEL, mengadakan kunjungan langsung ke lapangan untuk mengamati dan mengadakan observasi secara langsung tentang perangkat – perangkat yang digunakan oleh TELKOMSEL seperti pada MSC, BSC, TRAU, BTS, MMU, SMU, OMC, Radio Link, dan masih banyak lagi peralatan yang lain.
3.      Metode Konsultasi.
Melakukan konsultasi dengan pembimbing TA dan rekan – rekan teknisi lapangan, untuk memperoleh gambaran dan penjelasan tentang berbagai macam hal mengenai teknologi GSM dan sistem yang digunakan di PT TELKOMSEL.
4.      Metode Studi Pustaka.
Mempelajari literatur GSM dan sistemnya baik diperpustakaan PT TELKOMSEL Semarang dan mempelajari data – data yang ada di PT TELKOMSEL melalui file – file yang sudah ada.


 











Flowchart Metode Penelitian yang Dipakai
Dari data – data yang ada maka dapat dianalisa tingkat kebutuhan trafik dalam sebuah jaringan telekomunikaasi selluler berbasis teknologi GSM untuk mengamati apakah performansi sebuah sistem bekerja dengan baik atau tidak. Data – data yang diambil diantaranya SDCCH blocking dan TCH drop adalah diakibatkan beberapa faktor yaitu akibat congestion atau RF lost. Dari data – data tersebut dapat kita lihat permasalahan apa yang timbul dari buruknya performasi kerja sistem. Dan dengan analisa yang dibuat akan diusulkan lagkah – langkah apa guna memperbaiki kinerja sistem, dan dengan analisa yang dibuat akan diusulkan langkah – langkah apa guna memperbaikikinerja sistem tersebut.

1.5.      Sistematika Penulisan
BAB I             PENDAHULUAN
Berisi latar belakang batasan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, serta sistematika penulisan.
            BAB II            SISTEM GSM
Berisi paparan pengetahuan dasar mengenai sistem selluler khususnya yang berbasis teknologi GSM. Pada bab ini juga terdapat dasar – dasar teori yang berhubungan dengan teknologi selluler  mulai dari Sel Converage, spektrum frekuensi, konfigurasi jaringan, dan konsep kanal GSM.
BAB III          PEMANTAUAN TRAFIK DAN PREDIKSI PENERIMAAN LEVEL SINYAL PADA PROPAGASI SINYAL RADIO MOBILE
Bab ini berisi parameter-parameter yang dipakai untuk menganalisa performansi jaringan GSM berikut permasalahan yang mempengaruhi buruknya kinerja sistem khususnya dalam hal level penerimaan sinyal.
BAB IV          ANALISA TRAFIK DAN PENINGKATAN PERFORMANSI JARINGAN
Pada bab ini akan dianalisa data-data yang dikoleksi dalam suatu periode tertentu untuk mengetahui permasalahan yang timbul dalam sistem yaitu masalah cakupan coverage serta penerima sinyal.
BAB V            PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari analisa trafik.
6
 
BAB II
SISTEM TELEKOMUNIASI BERGERAK

2.1.            Sistem Radio Panggil
Sistem radio panggil untuk pertama kali menggunakan pengeras radio di dalam bangunan. Saat ini orang yang ingin dipanggil membawa pesawat kecil, biasanya mempunyai layar kecil yang dapat menampilkan pesan yang masuk. Seseorang yang ingin memanggil pengguna pesawat ini kemudian dapat menelpon perusahaan radio panggil dan memasukkan kode keamanannya, nomor telepon yang diminta agar dipanggil oleh pemakai pesawat (pesan pendek lainnya). Kemudian komputer yang menerima permintaan tersebut mentransmisikannya melalui kabel atau mata rantai radio ke antena transmisi, baik dengan menyiarkan panggilan secara langsung (untuk panggilan interlokal). Pada saat pesawat mendeteksi nomor unitnya pada aliran radio masuk, pesawat akan mengeluarkan suara dan menampilkan nomor yang dipanggil. Juga mungkin untuk memanggil sekelompok orang secara bersamaan dengan menggunakan sebuah panggilan telepon.


 


Gambar 2.1 Bagan Panggilan sistem radio panggil
Sistem radio panggil yang paling modern dapat menghubungkan langsung ke komputer dan dapat menerima tidak hanya nomor telepon saja, tetapi juga pesan – pesan yang lebih panjang, kemudian komputer dapat langsung memproses data begitu ada data yang masuk. Sistem radio panggil memiliki sifat bahwa sistem memiliki komunikasi satu arah, dari sebuah komputer ke sejumlah penerima yang banyak. Tidak ada masalah tentang siapa yang akan bicara berikutnya, dan tidak ada persaingan diantara pemakai sistem ini untuk mendapatkan sejumlah kecil saluran, karena ada satu saja dalam sistem keseluruhan.
Sistem radio panggil memerlukan lebar pita yang kecil karena masing – masing pesan membutuhkan sebuah pecahan tunggal yang mungkin hanya 30 byte. Pada laju data seperti ini, saluran satelit 1 Mbps dapat menangani 240.000 panggilan per menit. Sistem radio panggil lama beroperasi pada berbagai frekuensi pada pita 150 – 174 MHz. sebagian besar sistem radio panggil modern beroperasi pada pita frekunsi 930 – 932 MHz.

2.2.            Telepon Tanpa Kabel
Telepon tanpa kabel memungkinkan orang untuk berjalan – jalan disekitar rumahnya sambil menerima telepon. Sistem ini terdiri dari dua bagian yaitu unit pemancar dan penerima, dan telepon. Unit pemancar dan penerima memiliki sambungan terminal telepon standar di bagian belakangnya. Karena itu unit pemancar dan penerima menggunakan radio berdaya rendah. Umumnya keduanya dapat melakukan komunikasi dalam  jarak 100 sampai 300 meter. Karena telepon kabel yang hanya berharap dapat melakukan komunikasi dengan unit pemancar dan perima sendiri, maka tidak diperlukan standarisasi. Sebagai model yang mudah menggunakan frekuensi yang tetap, yang dipilih oleh pihak pabrik. Jadi dimungkinkan bila suatu saat telepon kita menggunakan frekuensi yang sama dengan penggunaan yang lain, maka kita dapat saling mendengar pembicaraan. Untuk jenis telepon ini sering kali menyebabkan gangguan dengan radio dan televisi.

2.3.            Sistem Komunikasi Seluler GSM
Dunia telekomunikasi sekarang ini diramaikan oleh berbagai macam teknologi seluler. Ada yang memanfaatkan basis analog seperti AMPS (Advance Mobile Phone System) sampai ke GSM (Global System for Mobile Communication) dengan menggunakan frekuensi 900 MHz seperti yang kita gunakan, atau 1800 MHz yang sudah mendunia atau bahkan 1900 MHz khusus di Amerika Utara.
Konsep seluler untuk perencanaan dalam kota mulai diterapkan pertama kali di Amerika Serikat tepatnya di Chicago pada tahun 1979. Sistem yang digunakan saat itu adalah AMPS, sedangkan GSM dengan teknologi TDMA (Time Division Multiple Acces) berkembang pesat di Eropa. Sedangkan di Indonesia, sistem telepon bergerak seluler komersial mulai beroperasi sejak bulan April 1986, sistem yang digunakan NMT-450 (Nordic Mobile Telephone) dengan wilayah pelayanan Jakarta, Bandung dan rute yang menghubungkan keduanya melalui Puncak. Sesuai dengan namanya sistem ini beroperasi pada frekuensi 450 MHz.
Dengan penggunaan sistem seluler ini diharapkan dapat menambah kapasitas sistem, hal ini dimungkinkan dengan adanya metode pengulangan frekuensi (Frequency Reuse). Yang dimaksud dengan pengulangan frekuensi disini adalah beberapa BS (Base Station) yang terpisah pada jarak tertentu (yang memenuhi signal – to – Interference Ratio tertentu), dapat menggunakan kanal frekuensi sama.
Sementara ini perkembangan sistem seluler GSM bebasis digital ini dimulai pada tahun 1982, ketika diadakan ECPT (European Conference of Posts and Telecommunication Administration). Konferensi tersebut menghasilkan dua putusan penting, yaitu membentuk suatu tim yang bernama Group System Mobile untuk merancang suatu standar jaringan seluler yang akan diterapkan dikawasan Eropa dan merekomendasikan alokasi frekuensi 900 MHz untuk sistem seluler.

2.4.            Awal Perkembangan GSM di Indonesia
PT. Telekomunikasi Indonesia sebagai penyelenggara telekomunikasi terbesar di Indonesia telah mempersiapkan proyek GSM ini dengan sungguh – sungguh. Sebagai langkah awal pada bulan Agustus 1992, PT. Telkom mengadakan studi komparasi kebeberapa operator dan manufactures sistem seluler di Eropa, Amerika dan Hongkong.
Menindak lanjuti langkah sebelumnya, PT. Telkom mengundang para vendor (Siemens, Alcatel, Ericsson  dan AT&T) untuk mempresentasikan teknologinya kepada tim di Indonesia, dari sini selanjutnya dapat ditentukan spesifikasi teknis dan struktur dasar GSM yang akan digunakan. Pemerintah Indonesia menetapkan sistem seluler GSM yang digunakan karena sistem ini sesuai dengan sistem yang telah ada yaitu EWSD, NEAX dan 5-SS. Oktober 1993 Batam sebagai proyek GSM di Indonesia.
Dirjen Postel mengeluarkan ketetapan nomor 4243/Dirjen/1993 tanggal 14 desember 1993 yang menetapkan sistem telepon bergerak seluler GSM Batam-Bintan dengan memakai swiching dari Siemens dan  radio (BSC, SRB) dari Ericsson. Sebenarnya di Batam pada waktu itu telah beroperasi sistem telepon kabel bergerak inti multy zone memakai sistem AMPS pada frekuensi 800 MHz tetapi kurang diminati (dari 500 subcriber hanya 86 yang terpasang) dan sering mengalami interferensi dengan ETACS Singapura.

2.5.            Elemen Sistem Seluler GSM
Ada tiga bagian pokok yang ada dalam sistem GSM yaitu : Mobile Station (MS), Base Station System (BSS), dan Switching Sub System (SSS).
2.5.1.      Mobile Station (MS)
Untuk sistem GSM, MS terdiri dari dua bagian yaitu Mobile Equipment (ME) dan Subcriber Identity Module (SIM).
1.      Mobile Equipment (ME)
ME merupakan perangkat telpon itu sendiri, yang harus digunakan bersama dengan SIM-card. Pelanggan GSM didasarkan pada kepemilikan SIM-card ini bukan ME, artinya pemilik SIM-card dapat menggunakan ME dimana saja tak terbatas hanya ME yang dimilikinya.
2.      Subcriber Identity Module (SIM)
Sim-card berfungsi untuk menyimpan data informasi pendukung operasi sistem GSM berhubungan dengan autentikasi pelanggan. Meskipun secara fisik kartu ini tidak banyak berbeda dengan kartu magnetik biasa tetapi sebenarnya ada perbedaan yang mendasar di antara keduanya. Sim-card termasuk jenis smart-card dimanan didalamnya terdapat microprocessor, ROM, RAM dan EEPROM. Inilah yang menjadikan Sim-card tidak saja hanya dapat untuk menyimpan data seperti pada kartu magnetik tetapi lebih dari itu Sim-card dapat juga melakukan proses komputasi.
2.5.2.      Base Station System (BSS)
Base station  ini pada konsep sel yang lebih umum biasanya disebut juga Cell Site, terdiri dari antenna, controller dan tranceiver.  Antena  yang digunakan dengan ketinggian antara 30 meter – 50 meter. Jenis ini sangat dipengaruhi oleh kondisi alam daerah yang akan dilayani oleh antena tersebut.













Gambar 2.2 Arsitektur Sistem GSM
Controller atau biasa disebut BSC (Base Station Controller) digunakan untuk menangani proses panggilan antara MSC dan  Mobile Station, yang meliputi kontrol pemakaian kanal trafik dan kanal signaling yang disediakan oleh satu atau beberapa SRB (Stasiun Radio Basis). BSC juga merupakan antar muka MSC dan SRB yang berfungsi antara lain mengatur mekanisme handover dan kontrol daya. Satu BSC dapat menangani lebih dari satu SRB.
Transceiver merupakan perangkat yang mencakup suatu daerah dengan pita frekuensi dan kanal tertentu. SRB atau Transceiver ini menyediakan antena pemancar dan penerima yang memancarkan dan menerima gelombang radio yang digunakan untuk berkomunikasi oleh  Mobile Station.
2.5.3.      Switching Sub System (SSS)
Ada lima bagian pokok dari SSS yaitu :
1.      Mobile Switching Centre (MSC)
MSC atau biasa disebut juga MTSO (Mobile Telephone Switching Office) merupakan sebuah sentral yang menghubungkan panggilan antar sesama pelanggan telepon bergerak, maupun antara pelanggan telepon bergerak dengan pelanggan telepon tetap (fixed telephone) melalui PSTN (Public Swiching Telephone Network). MSC dapat mengakses informasi dari ketiga basis data yaitu HLR  (Home Location register) dan AUC (Authentication Centre). Setelah menggunakan ketiga basis data tersebut, MSC selalu meng-up date ketiga basis data tersebut dengan informasi terbaru dari status panggilan dan posisi MS atau pelanggan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar